Mohon tunggu...
Desta AgilNugraha
Desta AgilNugraha Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Seorang mahasiswa S1 BK Unesa dengan hobi membaca dan menulis artikel.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Komunikasi Interpersonal Sebagai Pondasi Hubungan Romantis Yang Langgeng

2 Januari 2025   22:00 Diperbarui: 2 Januari 2025   22:03 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar dibuat dari aplikasi Canva

Desta Agil Nugraha Mahasiswa Program Sarjana Bimbingan Dan Konseling  FIP UNESA

Dosen Pembimbing: Muhammad Farid Ilhammudin, S.Pd, M.Pd. (UNESA)

Ketika Anda mendengar istilah “hubungan romantis”, apa yang terlintas dalam pikiran Anda? Bunga mawar, makan malam romantis, atau pernyataan cinta yang tulus mungkin muncul di benak sebagian orang. Komunikasi interpersonal adalah salah satu komponen yang terkadang diabaikan, namun sebenarnya cukup krusial. Komponen ini adalah landasan yang menopang hubungan Anda melewati badai, bukan sekadar pelengkap. Bayangkan betapa cepatnya sebuah hubungan bisa berantakan karena kesalahpahaman atau komunikasi yang buruk.

Karena komunikasi interpersonal melibatkan lebih dari sekadar berbicara, maka komunikasi interpersonal sangatlah penting. Keterbukaan, pemahaman, dan empati adalah komponen penting dari komunikasi yang benar. Sebagai contoh, Anda dapat memulai dengan bersikap terbuka dan jujur tentang perasaan Anda, termasuk kebahagiaan, kesedihan, dan kekecewaan. Jangan biarkan emosi Anda membusuk tanpa dikomunikasikan. Bersikap jujur dengan pasangan Anda berarti menyadari kebutuhan Anda yang sebenarnya dalam suatu hubungan.

Selain itu, hal ini akan memperkuat ikatan emosional Anda. Lalu, apa yang membuat komunikasi interpersonal begitu penting? Karena komunikasi interpersonal sangat penting untuk menemukan solusi yang konstruktif untuk perselisihan. Konflik dalam hubungan tidak dapat dihindari dan normal. Perbedaannya terletak pada bagaimana Anda menanganinya. Anda dan pasangan dapat menyuarakan pikiran Anda tanpa takut dikritik jika Anda memiliki komunikasi interpersonal yang efektif. Hasilnya? Hubungan menjadi lebih kuat setelah masalah terselesaikan.

Sebenarnya, komunikasi interpersonal pada dasarnya adalah seni berbicara dua arah. Berbicara dan percakapan santai tidaklah sepenting memahami satu sama lain, memberikan kritik yang membangun, dan menjaga hubungan. Bagaimana jika Anda dan pasangan sudah saling memahami apa yang diinginkan satu sama lain. Hasilnya, akan ada lebih sedikit konflik dan keharmonisan yang lebih besar dalam hubungan. Karena, siapa sih, yang menginginkan drama?

Hubungan dua arah ini juga akan meningkatkan rasa saling menghargai. Berbicara dengan kekasih Anda dan mereka benar-benar mendengarkan Anda membuat Anda merasa dihargai, bukan? Di sisi lain, Anda juga harus mencoba untuk mendengarkannya. Ini adalah tentang “kita”, bukan hanya “aku” atau “kamu”. Hubungan akan lebih bermakna, selain menjadi keren dengan cara ini.

Waktu khusus untuk berbicara dari hati ke hati antara Anda dan pasangan sangat penting. Membicarakan topik-topik yang tidak penting seperti “Kamu makan apa hari ini?” atau “Kamu sudah bayar listrik?” tidaklah cukup. Berusahalah untuk membicarakan topik-topik yang lebih besar, seperti pemikiran Anda tentang hubungan, ambisi Anda untuk masa depan, atau bahkan hal-hal kecil yang membuat Anda bahagia memilikinya dalam hidup Anda. Berbicara seperti ini akan memperkuat ikatan Anda.

Ada banyak rintangan yang harus diatasi dalam hubungan asmara. Kesalahpahaman adalah salah satu yang paling umum terjadi. Nah, miskomunikasi ini biasanya disebabkan oleh komunikasi yang buruk atau bahkan tidak ada sama sekali. Misalnya, pasangan Anda tiba-tiba berhenti berbicara dengan Anda dan menyendiri. Anda mulai berpikir berlebihan dan mempertimbangkan berbagai kemungkinan. Mungkin dia hanya kelelahan atau sibuk.

Sangat penting untuk mendiskusikan perasaan Anda secara terbuka dan jujur karena hal ini. (Hilmi et al., 2018) mengatakan bahwa pasangan yang sering berkomunikasi dan menjalin hubungan dengan komunikasi terbuka biasanya lebih bahagia dan lebih sehat. Oleh karena itu, jangan takut untuk berbagi dan mendengar cerita pasangan Anda.

Lalu, apa saja aplikasi dari komunikasi interpersonal ini? Pelajari bahasa cinta pasangan Anda terlebih dahulu. Beberapa orang suka diberi kata-kata manis, sementara yang lain lebih suka waktu berkualitas. Jika Anda tahu apa yang membuat mereka merasa dicintai, ini akan menjadi manfaat yang luar biasa untuk menjaga hubungan Anda tetap harmonis.

Kedua, kembangkan keterampilan mendengarkan Anda. Kita dapat menjadi begitu sibuk dengan percakapan kita sehingga kita lalai untuk mendengarkan apa yang pasangan kita katakan. Pada kenyataannya, mendengarkan adalah komponen penting dalam interaksi sosial. Ketika Anda mendengarkan dengan baik, Anda benar-benar berada di masa sekarang. Jadi, jangan hanya mengangguk atau berkata “Hmm, ya” sambil memeriksa ponsel Anda. Singkirkan perangkat Anda, berkonsentrasilah, dan tunjukkan bahwa Anda memperhatikan.

Cobalah untuk mengamati bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan nada suara pasangan Anda saat mereka bercerita. Menurut (Salsabila et al., 2023) terkadang bahasa tubuh dapat menyampaikan lebih banyak informasi daripada kata-kata. Dia mungkin membutuhkan bantuan emosional jika, misalnya, dia berbicara dengan lembut dan memakai ekspresi sedih. Biarkan dia selesai berbicara sebelum Anda menyela.

Setelah dia selesai, Anda dapat merespons dengan sesuatu yang relevan. Reaksi ini tidak selalu harus berupa solusi atau rekomendasi. Mengatakan sesuatu seperti “Saya mengerti” atau “Saya tahu ini pasti sangat sulit bagi Anda” terkadang dapat membuat pasangan Anda merasa lebih dihargai. Kuncinya adalah mendengarkan dengan cara yang mendorong pasangan Anda untuk terbuka.

Ketiga, ingatlah untuk berkomunikasi dengan penuh kasih sayang. Ketika pasangan kita berbagi kekhawatiran mereka, empati bertindak sebagai rem untuk mencegah kita menghakimi atau terburu-buru dalam percakapan. Untuk menjadi berempati, Anda harus berusaha memahami sudut pandang pasangan Anda tanpa memberikan penilaian terlalu cepat. Hal ini sangat penting, terutama jika pasangan Anda sedang mengalami masa-masa sulit atau penuh tekanan.

Misalnya, Anda tidak perlu langsung menawarkan solusi saat mereka mendiskusikan pekerjaan yang sulit. Cukup perhatikan dengan seksama dan gunakan frasa yang menenangkan seperti “Aku mengerti, pasti sangat sulit bagimu” untuk menunjukkan empati. Pasangan tidak selalu membutuhkan ceramah yang panjang; terkadang mereka hanya perlu didengarkan. Selain itu, hindari komentar yang terkesan meminimalkan masalah.

Selain itu, tindakan sederhana juga dapat menunjukkan empati. Misalnya, saat ia terlihat cemas, tawarkan pelukan atau segelas air. Gerakan kecil seperti ini dapat membantunya merasa dihargai dan didukung. Ingatlah bahwa empati adalah tentang menunjukkan dukungan Anda kepadanya, baik secara verbal maupun fisik.

Isyarat nonverbal juga sama pentingnya. Pasangan Anda dapat menyimpulkan perasaan Anda yang sebenarnya dari nada suara, bahasa tubuh, dan bahkan ekspresi wajah Anda seperti yang dikatakan oleh (Elisabeth Ayuna, 2023). Oleh karena itu, pastikan kata-kata Anda dan bahasa tubuh Anda cocok. Sebagai contoh, pasangan Anda akan bingung jika Anda mengatakan, “Saya baik-baik saja,” sambil mengerutkan kening.

Menurut (Tama et al., 2022) di era digital saat ini, teknologi juga sering digunakan untuk mengukur komunikasi interpersonal. Berbicara, Bagi banyak pasangan, alat utama adalah catatan suara atau panggilan video. Namun, berhati-hatilah-pesan teks sering kali mengakibatkan miskomunikasi. Nada suara dan ekspresi wajah pasangan Anda tidak terlihat oleh Anda. Oleh karena itu, lebih baik berbicara langsung melalui telepon atau bertemu langsung jika ada sesuatu yang penting.

Berbagi media sosial yang berlebihan adalah salah satu masalah dengan teknologi dalam hubungan. Terkadang, kita secara tidak sengaja mengungkapkan lebih banyak hal kepada para pengikut kita daripada kepada pasangan kita. Sebenarnya, komunikasi langsung - bukannya suka atau komentar di postingan Instagram - adalah fondasi dari hubungan yang kuat.

Menyadari perlunya menghindari memendam sesuatu terlalu lama adalah aspek penting lain dari komunikasi interpersonal yang efektif. Bicarakan masalah apa pun pada saat yang tepat. Hindari menunggu sampai masalah tersebut meledak atau mungkin berubah menjadi kebencian. Ingatlah bahwa pasangan Anda bukanlah pembaca pikiran. Oleh karena itu, jika Anda tidak berkomunikasi, jangan berharap orang lain akan mengerti apa yang Anda inginkan.

Selain mendiskusikan masalah, sangat penting untuk mendiskusikan detail-detail kecil yang memberikan sentuhan pribadi pada hubungan Anda. Misalnya, diskusikan impian Anda, makanan favorit, atau bahkan film yang ingin Anda tonton bersama. Hubungan Anda dapat diperkuat dengan hal-hal kecil seperti ini.

Terakhir, ingatlah untuk menunjukkan kepada pasangan Anda betapa Anda menghargai mereka. Terkadang kita melupakan fakta bahwa pasangan kita telah bekerja keras untuk membangun hubungan ini karena kita terlalu sibuk dengan kekurangan mereka. Ucapan “Terima kasih” atau “Kamu keren sekali” dapat menunjukkan kepada kekasih Anda betapa Anda menghargai mereka.

Namun demikian, perlu diingat bahwa komunikasi bukanlah tentang siapa yang menang atau kalah dalam perdebatan menurut (Setianto, 2020). Oleh karena itu, daripada menyalahkan satu sama lain atas ketidaksepakatan, berkonsentrasilah untuk bekerja sama mencari solusi. Selama Anda dapat menyelesaikannya dengan hati yang lapang dan kepala yang tenang, konflik adalah hal yang normal.

Pada akhirnya, hubungan cinta yang tahan lama bukanlah sesuatu yang terjadi begitu saja. Dibutuhkan dedikasi, kerja keras, dan tentu saja, komunikasi interpersonal yang efektif. Jadi, ke depannya, mari kita belajar bagaimana menjadi hubungan yang saling memahami dan mencintai. Karena “hubungan yang sukses adalah tentang memahami, bukan hanya mencintai,” seperti yang dikatakan oleh pakar hubungan John Gottman dalam (Ii, n.d.)

Daftar Pustaka

Elisabeth Ayuna, N. (2023). Peran Komunikasi Dalam Proses Akulturasi Sistem Sosial Lokal. Technomedia Journal, 8(1 Juni), 35–51. https://doi.org/10.33050/tmj.v8i1.2015

Hilmi, R. Z., Hurriyati, R., & Lisnawati. (2018). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に関する共分散構造分析Title. 3(2), 91–102.

Ii, B. A. B. (n.d.). dan manipulasi dalam suatu.

Salsabila, Nasichah, Nur Haliza, S., & Ray Ramadhan Husny, M. (2023). Implementasi Komunikasi Gerak Tubuh pada Mahasiswa Bimbingan Penyuluhan Islam. Educatioanl Journal: General and Specific Research , 3(2), 552–559.

Setianto, Y. P. (2020). Melihat Perbincangan #Pilpres2019 di Media Sosial dengan Social Media Analytics. Ultimacomm: Jurnal Ilmu Komunikasi, 12(1), 14–33. https://doi.org/10.31937/ultimacomm.v12i1.1088

Tama, N. A., Murdiningrum, S., & Rahayu, S. (2022). Strategi Komunikasi Interpersonal Media Instagram @Dinkesdki Dalam Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Selama Pandemi Covid-19. Jurnal Mahasiswa BK An-Nur : Berbeda, Bermakna, Mulia, 8(1), 79. https://doi.org/10.31602/jmbkan.v8i1.6554

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun