Mohon tunggu...
Dessy Yasmita
Dessy Yasmita Mohon Tunggu... Desainer - valar morghulis

If you want to be a good author, study Game of Thrones.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

MBA: 1.3 Memutar Waktu

7 September 2019   08:46 Diperbarui: 7 September 2019   09:36 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Damar!" Giliran ibunya yang membentak.

Namun, Damar melanjutkan, "Atau takut reputasi rusak? Oh, mungkin takut pada Sumpah Dokter." Dia menyeringai. "Tapi bukankah reputasi keluarga Suar lebih penting daripada Sumpah Dokter?"
+++

"Mama tidak suka dengan keluarga itu." Begitu pintu ditutup, itu kalimat pertama tentang keluarga Damar.

Hastin mendesah. Dia juga tidak menyangka kejadiannya akan seperti itu. Mereka memutuskan pernikahan tetap berlangsung dengan pesta. Keluarga Hastin menolak semua pembiayaan hanya dari keluarga Suar. "Dikiranya kita kere." Ibunya mendengus.

Namun, memang benar keluarga Hastin cukup berada dan punya pengaruh. Sama seperti keluarga Suar dan kelompok elitnya. Bahkan kedua keluarga sama-sama sosialita yang jauh di luar radar pemberitaan, dan karena keduanya punya pengaruh, perencanaan pernikahan yang biasanya memakan waktu berbulan-bulan sukses dipangkas jadi sebulan. Bahkan acara pernikahannya pun sukses besar.

Setelah menikah dua hari dan tinggal di rumah Hastin, Damar keluar dan melihat-lihat kebun belakang. Tidak seperti umumnya rumah berhalaman luas yang berisi kolam renang, rumah ini terasa membumi dengan membiarkan beberapa pohon tumbuh menjulang.

Di sela-sela kerindangan ada sebuah pondok yang cukup besar. Damar mendekati dan mengintip dari jendela. Sebuah meja besar ada di tengah. Beberapa mesin ada di sekitar ruang. Peralatan, bau pernis, dan beberapa tumpukan kayu mengisi ruang.

"Masuk saja." Suara ayah Hastin mengejutkan Damar. Dia berdiri membukakan pintu yang tak dikunci. "Ini bengkel kerja Papa sebelum jadi milik Hastin, tapi dulu ini bengkel mobil."

Damar masuk dengan segan. Dia menatap sekeliling. Perhatiannya tertumbuk pada rangka kursi di sudut ruang. Bentuknya sungguh dinamis, tanpa sudut tajam. Kursi itu jauh dari selesai.

"Mungkin setelah melahirkan, dia akan menyelesaikannya." Ayah Hastin melanjutkan, hampir seperti bicara pada dirinya sendiri. "Sering-seringlah ke sini. Dia nanti pasti rindu membuat kursi."
+++

Saatnya #SocraticQuestioning !
1. Apa pendapat pembaca tentang Damar?
2. Apakah adegan interogasinya sudah berasa klise?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun