"Ma!" Sekali lagi Damar berusaha menghentikan ibunya. Ini jelas memalukan baginya.
"Saya tidak pernah tahu Damar anak siapa. Damar hampir tidak pernah cerita apa-apa selain keluarganya dokter semua."
Calon mertuanya benci jawaban Hastin. Seperti sebuah tamparan rasanya jika anaknya sendiri tidak merasa bangga sebagai pembawa nama Suar. "Kalau keluarga kami dokter, kamu ingin uang?"
"Kalau tidak ingin bertanggung jawab, tidak masalah." Wajah ayah Hastin mengeras.
"Kamu menggoda Damar untuk uang?" Ibu Damar tidak melepaskan tatapannya dari Hastin. "Berapa banyak laki-laki yang sudah kamu goda? Berapa laki-laki yang sudah kamu tiduri?"
"Ma!"
"Apa kamu berencana memeras kami? Kamu mau merusak reputasi keluarga saya? Apa---"
"Kita gugurkan saja!" Damar berteriak. "Masalah beres, kan? Dengan begitu Hastin tidak bisa memeras. Mama gak perlu bikin pesta." Tatapan Damar beralih pada ayahnya. "Tolong carikan dokter yang mau menggugurkan."
Keluarga Hastin ternganga, tetapi Hastin diam menunggu.
Ibu Damar menatap suaminya, tatapan yang lama. Suaminya kemudian menunduk. Saat mengangkat wajah dia berkata, "Kita teruskan saja pernikahannya."
Damar tertawa. "Kenapa? Takut polisi atau takut gosip?"