Selama tinggal di Bukittinggi, saya menemukan beberapa variasi isi dalam seporsi es tebak. Sepertinya, tidak ada yang acuan yang pasti seperti apa komposisi es tebak itu sebenarnya. Secara umum, tampilannya sendiri seperti es campur, namun dengan komponen isi yang lebih sederhana.
Setahu saya, hanya ada satu kedai es tebak itu saja di seputaran Jam Gadang. Lokasi tepatnya adalah di samping bangunan Pasar Atas. Es tebak yang dijual di sana menurut saya adalah yang paling pas komposisinya; tidak terlalu banyak campuran dan tidak terlalu manis.
Semangkuk es tebak seharga sepuluh ribu rupiah di kedai itu berisi tebak, ketan hitam, dan tape singkong. Setelah itu, es serut ditambahkan untuk menimbun permukaannya sampai muncung. Es tebak siap disajikan setelah dilumuri  dengan sirup merah dan larutan gulla aren. Rasanya segar dan manis.
Jajanan ketujuh, pisang kapik.
Sebagai penutup --karena saya yakin perut kalian kali ini sudah benar-benar full- saya sarankan kalian jajan pisang kapik. Pisang kapik bisa dijumpai di depan bangunan Pasar Atas, yang mengarah ke Pasar Lereng. Harganya lima ribu rupiah untuk satu pisang.
Pisang kapik adalah pisang yang telah dikupas dan dipanggang di atas arang. Uniknya, pisang-pisang tersebut sebelumnya di-kapik (dikepit, bahasa Minangkabau) sehingga bentuknya menjadi pipih dan membulat. Setelah dibakar sampai agak hangus di beberapa bagiannya, pisang tersebut ditaburi parutan kelapa yang dicampur gula merah.
Cita rasanya bisa ditebak, cenderung manis. Tidak hanya itu. Aroma pisang kapik sangat menggoda kala pisang masih panas. Apalagi, pisang kapik biasanya dibungkus dengan daun pisang. Jadi ketika dibuka, aroma hangus pisangnya akan menguar, berbaur dengan wangi daun tersebut. Mencium aromanya saja pasti sudah bikin lapar lagi.
*
Urusan kuliner, Bukittinggi memang tidak diragukan lagi. Mudah-mudahan, panduan jajan ini bisa berguna jika suatu saat kalian berkesempatan ke kota wisata ini. Pesan saya cuma satu: tiati kalap.
***