Mohon tunggu...
Dessy Liestiyani
Dessy Liestiyani Mohon Tunggu... Wiraswasta - wiraswasta, mantan kru televisi, penikmat musik dan film

menggemari literasi terutama yang terkait bidang pariwisata, perhotelan, catatan perjalanan, serta hiburan seperti musik, film, atau televisi.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Panduan Jajan Makanan dan Minuman Khas di Jam Gadang, Bukittinggi

21 Juni 2024   07:16 Diperbarui: 21 Juni 2024   08:11 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pensi (sumber: www.wikipedia.com)

Kalau masih ingin ngemil setelah menyantap karupuak mi dan minum cindua langkok, saya sarankan mencari pedagang yang membawa keranjang yang dipenuhi plastik-plastik kecil. Di dalam plastik itu kalian akan mendapati masakan berbumbu berwarna hitam. Makanan itu namanya pensi. Dengan lima ribu rupiah, kalian sudah dapat satu plastik kecil pensi.

Pensi sendiri adalah sebutan untuk kerang bercangkang hitam, yang konon berasal dari Danau Maninjau. Kerang-kerang ini bersama cangkangnya ditumis, atau diberi bumbu gulai. Pertama kali melihat pensi, saya yakin kalian bingung bagaimana cara makannya. Maklum, daging kerangnya super mini.

Nah, begini tutorialnya. Pertama, ambil kerang dari dalam plastik, kemudian colek bagian dagingnya. Jika susah mencungkil dagingnya yang mungil, coba gigit dagingnya dengan gigi depan (saking imutnya, satu kerang bisa kok dikunyah dengan gigi depan saja). Selanjutnya, isap-isap deh cangkangnya yang teroles bumbu. Cita rasanya cenderung asin, gurih, dan kadang ada sedikit rasa pedas.

Bagi saya, pensi ini enaknya dimakan ramai-ramai sambil ngobrol dan duduk-duduk di Jam Gadang. Seperti kalau kalian makan kacang atau kuaci gitu lah. Nggak asyik kalau nggak bareng-bareng. Tapi siap-siap ya kalau setelah makan pensi tangan kalian jadi dekil bin lengket.

Jajanan keempat, aia aka.

Aia Aka (sumber: www.idntimes.com)
Aia Aka (sumber: www.idntimes.com)

Untuk menetralkan rasa asin dan pedas setelah makan pensi, coba kembali ke lokasi gerobak cindua langkok tadi. Biasanya, ada gerobak lain yang dipenuhi botol-botol berwarna gelap. Gerobak itu menjual minuman tradisional bernama aia aka. Kalian mungkin mengenalnya sebagai cincau hijau di Jawa.

Aia aka juga dikenal dengan sebutan ubek tawa, yang secara harfiah bisa diartikan sebagai obat penurun panas. Bisa jadi, karena cincau hijau sendiri dipercaya berkhasiat sebagai pereda panas dalam.

Ada dua jenis variasi dari minuman ini, yaitu diminum dengan santan, atau dengan air daun kacang yang rasanya agak asam. Kebalikan dengan cindua langkok, minuman ini biasanya disajikan dalam suhu kamar saja tanpa menambahkan es.

Jika memilih variasi asam, biasanya air daun kacang akan diituangkan dari botol ke dalam gelas sampai kira-kira memenuhi dua pertiga isinya. Kemudian ditambahkan beberapa sendok cincau hijau yang tersimpan dalam toples, air jeruk nipis, dan sedikit larutan gula aren. Cita rasanya memang cenderung asam, namun ada sedikit rasa manis yang menyertainya.

Namun jika kalian memilih aia aka bersantan, maka setelah santan cair dimasukkan ke dalam gelas dan dicampurkan cincau hijau, selanjutnya ditambahkan larutan gula aren dengan porsi yang agak banyak. Aia aka bersantan terasa lebih manis. Dan walaupun diminum tanpa es batu, namun minuman ini terasa segar sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun