Sebuah kenangan pahit yang menyesakkan dada, harus kulipat di dalam kepala. Lalu aku memahatkannya pada setiap perahu bambu yang kubuat. Tak seorang pun bisa melumat pedihku.
Aku tidak ingin hadiah, terlebih yang ditukar dengan kisah pilu masa lalu.
Dan sejak saat itu, di mana aku menggungurkan hatinya yang berbunga, tak lagi kudapati aroma rose, senyum juga binar matanya. Mika pergi, meninggalkan rindu tak bertepi, yang menjejalkan kepahitan baru dalam dadaku.
Mumpung padang rembulane, mumpung jembar kalangane, sun suraka surak hiyo!
---
Catatan:
Lir Ilir: lagu daerah yang berasal dari Jawa Tengah
Muspra: sia-sia
Arti lirik lagu Lir Ilir bisa dibaca di sini
Sebuah cerpen untuk turut merayakan Hari Musik Nasional dari Tim Kecambah: Lilik Fatimah Azzahra, Ikrom Zain, DesoL
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H