Mohon tunggu...
DesoL
DesoL Mohon Tunggu... Penulis - tukang tidur

â–ªtidak punya FB/Twitter/IG dan sejenisnyaâ–ª

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sudah Selesai

21 November 2018   09:47 Diperbarui: 22 November 2018   05:29 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Itu hanya kebetulan. Kau tak mungkin mempercayaiku sebagai sopirmu jika aku tak pandai mengemudikan bus."

"Jangan bangga dahulu. Saya hanya sedang menyelidiki Anda. Lantas dari mana Anda tahu jika korban bernama Mayang? Hanya orang-orang terdekat saja yang memanggilnya dengan nama itu."

"Kau memang cerdik. Akulah yang memperkosa kakakmu, membuatnya hamil lalu menghabisinya di hutan ini. Kakakmu mengancamku. Ia hendak mengadu pada istriku. Dan aku sempat berpikir untuk bunuh diri dengan menerjunkan bus ini ke jurang. Hahaha..." Pak Her tertawa. Dikeluarkannya pisau lipat dari saku, mencoba menyerang kami secara acak. Dengan cepat tendangan Ibu Prita melumpuhkan Pak Her. Bergegas kami mengikatnya di badan kursi menggunakan ikat pinggang milik Pak Lukman.

"Sudah lama tak kukeluarkan jurus itu, sejak memenangi lomba karate tingkat nasional beberapa tahun silam," terang Ibu Prita malu-malu.

"Aha! Korek api!" Wajah Kanaya sumringah setelah menemukan korek api dari saku Pak Her. "Kita bisa membuat api unggun dan memudahkan orang-orang untuk menemukan kita."

"Kanaya benar. Sebaiknya kita turun untuk membuat api unggun. Kita kumpulkan apa saja yang bisa terbakar di sekitar bus. Jangan mencari terlalu jauh."

Kami mulai turun satu per satu. Menepis dugaan akan terkaman binatang buas juga hantu perempuan yang mungkin singgah.

Priiiiiiiiiiiit...

"Pak Fred!"

Baru kusadari bahwa Pak Fred belum kembali. Dan dialah yang membawa  barang-barang nyleneh termasuk peluit di dalam ranselnya.

Tiba-tiba Kevin beranjak dari duduknya, berlari memasuki hutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun