“Perempuan?”
“Ya, semacam itu.”
“Cantik?”
“Rambutnya tergerai dan berayun menyerupai ombak. Bibirnya semerah senja.”
“Anda jatuh cinta?”
“Aku tidak butuh pertanyaan, Tuan. Aku butuh obatnya sekarang!”
Dan aku telah menampar seorang dokter. Kedua suster menarik lenganku. Aku mendengar salah satu di antara mereka berteriak, “Dia mengamuk, Dokter! Apa yang harus kita lakukan sekarang?” Selebihnya aku lupa.
Saat membuka mata, aku telah berada di dermaga. Bagaimana bisa? Hanya dokter dan para susternya yang tahu.
***
Sebelum semua itu terjadi, aku ingin bertemu denganmu sekali lagi...
Aku melipatnya mirip pesawat. Sewaktu kanak-kanak, seseorang memberitahukan rahasianya padaku, “Jika mimpimu ingin terkabul, terbangkanlah!” Ia juga yang pertama kali mengajariku membuat pesawat kertas. Aku sempat meniru apa yang ia tuliskan pada badan pesawat kertas itu. Cinta.
Terbang. Aku meniupnya. Berlari. Aku mengejarnya. Kemudian pesawatku jatuh di atas kerumuman orang.