Mei ditemukan terbaring di atas ranjang bambu, berselimut kain coklat tua. Tubuh gadis itu membiru. Jemari kakinya bergerak-gerak. Ben menggendongnya, membawa tubuh berlumur ramuan, pergi dari gubuk manusia renta.
“Temanmu sudah mati! Yang kau bawa adalah anakku!”
“Hentikan ocehanmu itu, nenek tua!”
“Jika kalian keluar dari tempat ini, binasalah!”
Ben tidak peduli. Kakinya terus melangkah memasuki hutan. Pikirnya, ia bisa kembali bermain-main dengan perempuan yang digendongnya itu. Perempuan yang selama ini telah menjadi kekasihnya, juga yang menolak cumbunya di malam bulan purnama.
Diletakkannya tubuh berbalut kain coklat tua itu di bawah pohon. Ben kemudian sibuk menggaruk. Tubuhnya menjadi gatal sejak meninggalkan gubuk manusia renta. Ia mendapati semut dan beberapa ekor belatung pada lengannya.
“Jay, tolong ambilkan bedak gatal pada ranselku!”
Tak ada jawaban.
“Jay!”
Masih sama.
Ben membalikkan badannya. Tak ada siapa-siapa. Tak ada teman-teman yang seharusnya mengikutinya. “Ah, teman-teman sialan!”