Mohon tunggu...
DesoL
DesoL Mohon Tunggu... Penulis - tukang tidur

▪tidak punya FB/Twitter/IG dan sejenisnya▪

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Sumur Ibu

11 April 2016   16:44 Diperbarui: 11 April 2016   20:40 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Itu hanya ada di dalam mimpimu!”

Sepertinya ibu benar. Hal-hal yang menakutkan tentang sumur itu hanya ada di dalam mimpiku. Aku telah membuktikannya pagi ini. Tak ada apa pun yang terjadi dengan sumur itu setelah kulempari dengan batu. Aku harus menghentikan rasa ingin tahuku atau kakiku ini akan patah tanpa kusadari.

***

Kubiarkan tubuhku terbaring hingga petang datang. Tak ada yang berbeda dengan malam sebelumnya kecuali kakiku yang memar kebiruan. Sempat terpikirkan untuk lari dari rumah, namun jika tertangkap oleh ibu maka aku akan mati. Lebih baik berdiam diri seperti malam ini.

Malam di mana dinginnya menusuk tulang, juga embusan angin yang ditunggangi aroma wewangian ibu. Mirip aroma melati yang tumbuh dengan liatnya di dekat sumur itu. Berulang kali lilin di kamarku hampir padam. Ada bayangan hitam yang bergerak-gerak, seperti sedang menendang. Aku mencari sumber bayangan. Sangat tidak mungkin jika ada seseorang yang dengan sengaja bermain bola di dalam kamarku.

Aku menemukannya!

Sepotong kaki. Pucat dengan darah yang mengering di bagian atasnya. Menendang-nendang sesuatu yang adalah kepala. Mata pada kepala yang ditendang itu sebentar melotot, sebentar terpejam. Ada luka sobek selebar tiga ruas jari di bagian mulut sebelah kiri. Sesekali meringis, sesekali tertawa lalu memuntahkan isi perut.

“Mari bermain bola denganku…hahaha.”

Kepala itu berkata-kata. Mataku berkaca-kaca. Kencing di celana.

“Pergi dari kamarku! Pergi!”

Aku melemparkan bantal ke arah kepala yang menggelinding itu. Tetiba kepala itu melompat dan menyerang lututku. Mulai mengigiti tepat pada bagian yang memar. Secepatnya kutinggalkan kamar itu dan dengan terpincang-pincang kucari ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun