“Dasar tukang mimpi!”
“Aku tidak bohong, Bu. Tangan itu menarikku masuk ke dalam sumur.”
“Jangan sebut sumur itu lagi! Dan apa yang kau ceritakan itu tidak pernah ada.”
“Kapan ibu bisa percaya kepadaku?”
“Sampai ibu melihatnya sendiri.”
Sulit bagi ibu untuk mempercayai apa yang aku katakan. Dan sulit pula bagiku untuk mematuhi apa yang ibu perintahkan. Jika dengan melihat dapat membuat ibu percaya, maka aku akan melakukannya.
Aku berlari mendekati sumur. Kuambil beberapa batu dan melempari sumur itu.
“Hei, makhluk penghuni sumur! Keluarlah kalian!”
Tidak ada hal buruk yang terjadi sesuai dengan apa yang kuharapkan --seperti keluar kepulan asap, sumur yang terbelah, terdapat muncratan darah, atau potongan tangan juga jari kaki. Yang kurasakan adalah kakiku yang mulai terasa panas tanpa menghiraukan ibu yang berdiri di belakangku dengan memegang gagang sapu.
“Kenapa kau tidak pernah mau mendengar apa yang ibu katakan! Jangan dekati sumur itu, apalagi melemparinya dengan batu!”
“Aku hanya ingin ibu melihat apa yang aku lihat.”