Mohon tunggu...
DesoL
DesoL Mohon Tunggu... Penulis - tukang tidur

▪tidak punya FB/Twitter/IG dan sejenisnya▪

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fikber] Tarian Maut

27 November 2015   14:34 Diperbarui: 27 November 2015   14:36 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kubisikkan kalimat itu pada telinga James yang pasrah. Dia menjadi lemah ketika kuserang dengan peluk dan cumbu yang sengaja kubuat membabi buta. James menikmatinya dengan memejamkan mata. Tangannya tak diberikan istirahat dari gagang pistol.

Aku menurunkan salah satu kakiku. Menjelajahi lantai. Mencari jarum suntik berisi cairan amphetamine. Rupanya jarum suntik itu terjatuh di bawah ranjang. Aku menggapitnya di antara jari kaki lalu mengangkatnya secara perlahan hingga mampu kuraih dengan tanganku. Kupastikan jarum suntik itu masih penuh terisi. Kudekatkan pada lengan James.

“Kau hendak menyuntikkan amphetamin pada tubuhku, Anna?”

James tersenyum. Aku tak bisa berkutik. Terpaksa kuturunkan jarum suntik secara perlahan, sebab kurasakan bibir pistol telah berada sangat dekat dengan perutku. Aku tak menjatuhkannya, namun kuletakkan jarum suntik amphetamine pada sela-sela ranjang di mana aku dan James akan bercinta.

Sungguh sangat menggelikan saat aku harus beradu cumbu dengan seseorang yang akan menghabisi nyawaku. O, lebih tepatnya adalah seseorang yang akan kubunuh! Aku hampir tak bisa membedakan antara benci juga rindu kala wajah Gie hadir di atas lengkung senyumnya. Sesekali kunikmati dengan sangat benar, saat rindu itu melintas tanpa batas.

Kupijat punggungnya dengan sangat lembut. Sesekali kuciumi pinggangnya yang berada di tepi ranjang. Kuambil jarum suntik, kubuka ujungnya, lalu kutuangkan pada mulutku. Aku menampung cairan amphetamin pada mulutku dengan sangat hati-hati. Jika tertelan, maka aku berhalusinasi dan menganggapnya sebagai Gie. Aku hanya tak ingin, dengan leluasa ia nikmati tubuhku.

Aku kembali menciumi tubuhnya. Dari pinggang, punggung, leher, hingga menyusuri bulu-bulu dadanya. Dengan cepat kudapati bibir James. Ia membuka bibirnya, menyambut bibirku. Tak menunggu waktu yang lama untuk mengalirkan amphetamin yang tertahan pada ujung kerongkonganku ke dalam mulutnya. James meneguknya dengan tuntas.

“Anna, kau cantik sekali.”

“Benar, James. Aku memang cantik.”

“Jangan tinggalkan aku, Anna. Tetaplah bersamaku untuk menyingkirkan Nugie yang kau cintai itu.”

“Kau begitu membencinya, James?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun