Ran mati! Ran mati! Tertembak di dahi! Tertembak di rumah sakit! Ran mati setelah bertemu denganku! Ran mati karenaku! Aku bukan pembunuh! Bukan! Ini kebetulan! Kebetulan aku benci!
Hahaha… harusnya aku senang bukan? Ran mati! Gie milikku sepenuhnya!
O, tidak! Ini ancaman! Bisa jadi aku akan mati! Nyawaku dalam bahaya! Aku harus keluar dengan segera!
Kriiiiiiiing
Telepon genggam pemberian Ran berdering. Ia berikan padaku sesaat sebelum tinggalkan kamar ini. Ia berjanji bahwa akan memanduku untuk meloloskan diri dari rumah sakit ini. Tapi kini ia telah mati. Kudekati ranjang perlahan. Kuraih telepon genggam. Pada layar tertera nama Ran. Ran? Bukankah dia sudah mati? Apakah ia pura-pura mati?
“Hallo!”
“Kau ketakutan?”
“Hallo! Kau masih hidup Ran? Bawa aku pergi dari sini!”
“Kau memang akan segera pergi, Anna. Ke neraka!”
Keparat! Benar dugaanku bahwa Ran masih hidup. Dia tak benar-benar menolongku. Ia akan habisi nyawaku untuk bisa memiliki Gie seutuhnya.
***