“Ros, izinkan aku memelukmu.”
Jangan mendekat! Kuperingatkan sekali lagi! Jangan mendekat!
“Maafkan aku, Ros…”
Kubiarkan Sheol meregang nyawa dalam pelukku. Pisau apel yang terloloskan, merobek jantungnya. Aku telah berhasil memulangkannya pada neraka. Cukup lama kubiarkan darahnya mengalir deras pada tubuhku. Aroma wangi neraka membuatku bahagia.
Sepuluh tahun silam, Sheol membawa kegelapan dalam hidupku. Bisik-bisik manja dari bibir berbisanya membuat Pikros –suamiku, menelannya. Aku dimadu. Pahit. Lebih pahit dari pada saat aku ditinggalkan pacarku sewaktu muda.
Sheol menelan Pikros dalam api keserakahan. Pertengkaran yang kudengar, berakhir dengan sebuah tusukkan pada tubuh Pikros. Aku hanya ingin melalukan maut darinya. Kucabut pisau yang ternyata membawaku dalam kekelaman.
***
“Seharusnya napasmu masih panjang di sini.”
Aku divonis penjara seumur hidup atas kematian suamiku. Kini, tak berlaku lagi.
“Ros, apa permintaan terakhirmu?”
Permintaanku telah Tuhan penuhi. Sheol telah mati. Tapi apa salahnya jika aku memintanya untuk kedua kali?