Mohon tunggu...
DesoL
DesoL Mohon Tunggu... Penulis - tukang tidur

▪tidak punya FB/Twitter/IG dan sejenisnya▪

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Melahirkan Kematian

28 Juli 2015   15:28 Diperbarui: 11 Agustus 2015   20:53 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kau pernah membunuh? Pastinya sasaran yang berhasil kau jatuhkan dengan kedua tanganmu adalah sekumpulan nyamuk-nyamuk kecil yang kau anggap berdosa di bawah kolong kasurmu. Lantas bagaimana mereka bisa hidup tanpa darahmu? Ah, Tuhan sudah perkirakan bahwa seluruh darahmu takkan muat jika berpindah tempat dalam perut nyamuk itu. Buktinya kau masih hidup bukan?

Aku juga akan lakukan hal yang sama sepertimu. Membunuh seekor nyamuk. Nyamuk ini sangat hebat kata orang. Tentunya tidaklah sama dengan nyamuk pada kolong kasurmu. Perutnya sungguh buncit. Mukanya menjijikkan. Brewoknya apalagi. Yang menarik hanyalah kantongnya, tempat dimana ia biasa hamburkan uang. Sejenis orang kaya, tapi bagiku ia hanyalah seekor nyamuk yang layak mati. Di tanganku.

Dendam?

Kau salah besar jika menyangkaku mendendamnya. Aku tak pernah berbicara, bertatap muka atau turut mencicipi uangnya. Aku tak pernah mengenalnya.

Heran? Akan kuberi tahu jika kau ingin hilangkan heranmu.

Aku dibayar untuk hal ini. Membunuh!

Dan mengenai harga untuk setiap nyamuk yang aku habisi, tanyakan saja pada Cloudy, istriku.

Tentang Cloudy, dia adalah satu-satunya wanita yang sangat berarti dalam hidupku. Cloudy sanggup menerimaku, tak seperti ibuku. Aku dibuangnya begitu saja setelah ibu menghabisi nyawa ayah di depan mataku, demi cintanya pada lelaki keduanya. Kau tahu artinya itu? Ibu tak pernah mencintaiku dan ayah.

Aku berjanji akan menjadi malaikat maut bagi ibu dan lelaki racun itu. Ibu seperti ular. Setelah asyik menari-nari pada tubuh ayahku, ia memagutnya. Mengeluarkan bisanya hingga membuat ayah mati. Dasar wanita ular!

Keinginanku hanya sekadar cita-cita, sebab seorang pria telah mengakhiri hidup mereka berdua. Sang pencabut nyawa! Dialah Demon, yang menjadikanku anaknya! Hidupku tak serumit yang kau kira, selebihnya otakmulah yang mirip benang kusut.

***

“Kapan aku bisa terima uangnya?”

“Tunggulah hingga pistol ini melahirkan kematian.”

“Cintaku ada pada ujung pistol itu.”

“Tentu saja aku akan merawatnya dengan jantung-jantung yang tak pernah gagal berhenti berdetak.”

Cloudy adalah wanita yang setia. Setia menantikan uang-uang hasil rampasan nyawa manusia. Aku akan merasa lebih berdosa jika membuatnya menangis dari pada harus menghilangkan nyawa seseorang. Aku tak pernah memikirkan, berapa banyak air mata yang tumpah saat aku mengakhiri hidup seseorang. Bagiku, air mata Cloudy lebih berharga dibandingkan nyawaku sendiri.

Gila! Cinta itu membuatku gila! Aku rasa kau juga begitu. Lantas, apakah anjing gila itu juga tersihir ulah cinta? Lebih baik, tanyakan saja pada dokter hewan.

***

“Michael adalah nama yang kau buat berdosa.”

“Setidaknya aku tetap menjadi malaikat bagimu. Selalu menolongmu untuk bisa membeli tas-tas setara artis Hollywood.”

Cloudy menghamburkan peluknya padaku. Kecupnya membabi buta. Itu pertanda bahwa ia tak sabar berfoya-foya. Aku mengenal siapa istriku. Aku paham bahasa tubuhnya. Ia akan menjadi lebih seksi dan juga bergairah saat aku mulai membersihkan pistolku.

“Aku harus segera bersiap.”

“Jadilah apa kumau malam ini.”

“Doakan aku.”

“Untuk apa?”

“Agar aku tetap hidup untuk bisa menyambung senyummu.”

“Doa seperti apa yang pantas untuk iblis sepertimu, sayang?”

Lagi-lagi Cloudy menggodaku untuk menghajarnya di ranjang. Namun tidak untuk malam ini. Aku harus selesaikan. Antara hidup atau mati. Ah, bukan. Tepatnya, cinta atau mati. Gagal membunuh sama halnya kehilangan cinta. Kehilangan Cloudy. Sungguh mengerikan! Lebih mengerikan dari Annabelle, bagiku.

***

Aku telah sampai pada alamat yang Demon minta. Setidaknya, Demon bukanlah Ayu Ting Ting dengan alamat palsunya. Demon selalu tepat. Setepat uang-uang yang ia janjikan. Demon menitipkan pesan pada telinga kananku, berharap aku mendengarnya dengan baik dan juga menepatinya : Tetaplah hidup apapun yang terjadi!

Aku lebih suka masuk tanpa permisi. Menemukan kamarnya lalu satu selimut dengannya untuk kemudian menanamkan peluruku tepat pada jantungnya. Sayangnya, aku tak pernah sempat mendengar teriak mereka minta tolong. Biarlah harapan tertolong itu mereka teriakkan dalam alam kubur.

Dr. Scallous Theollus.

Oh, rupanya dia adalah seorang dokter. Mampukah kali ini ia tolong nyawanya sendiri? Atau tetiba datang seorang malaikat yang kelak menyayangkan nyawanya dari tanganku? Aku berani taruhan jika kau mau. Ah, lebih baik aku langsung menemukannya dan membuatnya jadi mayat.

Gelap.

Lebih baik segera kubungkam mulutnya lalu mengambil nyawanya untuk kukirim ke neraka. Aku hanya tak mau berlama-lama di tempat ini. Aku telah sangat rindu dengan istriku. Tubuh sintal Cloudy membuatku ingin segera pulang.

“Mati kau!”

Arrrrrrgggghhhh!

Sial! Dia menendang kemaluanku. Dengan segera ia turun ranjang kemudian teranglah ruangan itu.

Sebuah kejutan!

“Cloudy, apa yang kau lakukan di sini? Kemana bajumu?”

“Bukankah kau sudah mengetahuinya? Aku bercinta dengannya. Dengan laki-laki yang baru kusadari akan kau akhiri hidupnya.”

“Mengapa kau lakukan hal ini padaku?”

“Uang yang ia berikan padaku lebih banyak darimu.”

Lihatlah! Dia Cloudy! Dia adalah wanita yang sungguh berharga bagiku. Aku sangat yakin bahwa dia masih milikku seorang sebelum kutahu dia jajakan tubuhnya demi tidur beralaskan berlian.

Kutanya kau! Lebih berdosa mana antara aku sebagai pembunuh atau seorang istri yang telah bercinta dengan lelaki lain? Apakah roh ibu telah merasuki jiwa dan juga mencuci otaknya? Benar apa yang kitab suci katakan, uang adalah akar dari segala kejahatan dan aku harus segera mengakhirinya.

“Kalian harus siap dengan sebuah kematian.”

“Kau mau membunuh istrimu dan juga kekasih istrimu ini, sayang?”

“Rayuanmu tak lagi berguna, Cloudy. Kau telah buatku tawar hati.”

“Bunuhlah lelaki itu untukku agar aku bisa mendapatkan seluruh hartanya untuk kita nikmati berdua.”

“Hahaha... Kau gila Cloudy! Uang telah membuatmu gila!”

Dooooor!

Pistol pada tanganku telah berhasil melahirkan kematian. Kematian terakhir.

“Dia telah mati, sayang. Mari kita lanjutkan yang sempat tertunda.”

Aku lihat Cloudy tertawa bahagia. Melepas semua kegilaan di atas ranjang bersama Dr. Scallous Theollus. Lebih baik aku pejamkan mata, bersama kematian yang terlahir untukku.

Aku harus selesaikan. Antara hidup atau mati. Ah, bukan. Tepatnya, cinta atau mati.

-oOo-

gambar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun