“Jadilah apa kumau malam ini.”
“Doakan aku.”
“Untuk apa?”
“Agar aku tetap hidup untuk bisa menyambung senyummu.”
“Doa seperti apa yang pantas untuk iblis sepertimu, sayang?”
Lagi-lagi Cloudy menggodaku untuk menghajarnya di ranjang. Namun tidak untuk malam ini. Aku harus selesaikan. Antara hidup atau mati. Ah, bukan. Tepatnya, cinta atau mati. Gagal membunuh sama halnya kehilangan cinta. Kehilangan Cloudy. Sungguh mengerikan! Lebih mengerikan dari Annabelle, bagiku.
***
Aku telah sampai pada alamat yang Demon minta. Setidaknya, Demon bukanlah Ayu Ting Ting dengan alamat palsunya. Demon selalu tepat. Setepat uang-uang yang ia janjikan. Demon menitipkan pesan pada telinga kananku, berharap aku mendengarnya dengan baik dan juga menepatinya : Tetaplah hidup apapun yang terjadi!
Aku lebih suka masuk tanpa permisi. Menemukan kamarnya lalu satu selimut dengannya untuk kemudian menanamkan peluruku tepat pada jantungnya. Sayangnya, aku tak pernah sempat mendengar teriak mereka minta tolong. Biarlah harapan tertolong itu mereka teriakkan dalam alam kubur.
Dr. Scallous Theollus.
Oh, rupanya dia adalah seorang dokter. Mampukah kali ini ia tolong nyawanya sendiri? Atau tetiba datang seorang malaikat yang kelak menyayangkan nyawanya dari tanganku? Aku berani taruhan jika kau mau. Ah, lebih baik aku langsung menemukannya dan membuatnya jadi mayat.