“Tentu saja, Mas.”
Saling memagut hingga malam berkabut. Tak ada seorangpun mampu menghentikan kami. Bermain cinta di malam hari. Seperti pencuri. Menguji nyali di antara hidup dan mati.
***
Pagi ini, sekumpulan wanita paruh baya memandangku sinis. Dua di antaranya lebih memilih untuk meneruskan ocehannya. Rupanya ada pembicaraan serius dan akupun memutuskan untuk mencuri dengar.
“Suamiku tak pulang semalam.”
“Tanya saja sama Sri, pasti semalam suamimu bersamanya.”
“Jangan ngawur! Suamiku kepala desa di sini, dan tak mungkin dia melakukan hal itu.”
Kepala desa? Ah, mas Bowo bukanlah kepada desa dan aku tak perlu merasa berdosa ketika malam tiba untuk bercinta dengannya. Aku bukanlah wanita malam dengan cinta semalam. Aku ingin mas Bowo dan juga cintanya untuk selamanya.
***
Malam ini kami memutuskan untuk bertemu. Di kantor kantor kepala desa, tempat di mana dia bekerja sebagai penjaga.
“Sri, aku mau bicara.”