Mohon tunggu...
Desla Tumangger
Desla Tumangger Mohon Tunggu... Guru - Penulis Fiksi

~Bersembunyi dibalik kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Remigo Yolando Berutu: Tampan, Mapan, Keren, Kok Korupsi?

25 November 2018   09:42 Diperbarui: 25 November 2018   15:28 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak masyrakat yang tetap menjadi barisan laskar pendukung RYB, yang dengan hati masih tetap memberi dukungan. Kecintaan mereka dibuktikan dengan penyalaan lilin di kawasan perkantoran Sindeka - Pakpak Bharat sembari mengirimkan doa agar pemimpin mereka tetap kuat. Beberapa hari berikutnya digelar kembali penyalaan lilin di tugu Pemekaran Kab. Pakpak Bharat.

sumber foto : Dokpri
sumber foto : Dokpri
Bagaimanapun juga, ada banyak keberhasilan-keberhasilan yang diraih beliau selama kepemimpinannya yang menorehkan penghargaan ditingkat nasional maupun kancah internasional. Pembangunan yang terus digiatkan,Pelayanan pemerintahan yang mulai brrbasis aplikasi, pelayanan fasilitas pendidikan, pertanian, dan penghargaan dibidang kebudayaan (yang terbaru,Pakpak Bharat meraih Penghargaan sebagai situs bersejarah terpopuler ke-2, yaitu Mejan) dan masih banyak lag keberhasilan yang dipublikasikan maupun tidak. Bukan itu saja, sosoknya yang masih muda dan energik membuatnya dekat dengan kaum millenial sehingga sering menjadi pembicara dalam berbagai pertemuan. Terakhir, beliau menjadi narasumber dalam acara Festival HAM di Indonesia.

sumber foto : Dokpri
sumber foto : Dokpri
Namun disisi lain, banyak pula komentar negative yang terkucur begitu banyak. Bukannya sibuk membangun daerahnya, kok malah korpusi? Beragam kesalahan kemudian diungkit dan keburukan-keburukannya dibombardir. Kubu mana yang paling tepat? Kubu yang tetap membela atau yang menghujat?

Namun yang perlu diingat, setiap kepala daerah laksana anak-anak yang memiliki orangtua yaitu hukum. Tidak ada tebang pilih ketika anak-anaknya melakukan kesalahan. Jika salah, harus dihukum. RYB harus bersekolah terlebih dahulu agar dan belajar lebih lagi untuk mengendalikan diri terhadap uang rakyat. Jika banyak masyarakat yang mencintainya, itu bagus. Jika banyak yang menghujatnya, itu wajar.

Nasi sudah menjadi bubur. Yang perlu dilakukan masyarakat adalah tetap melakukan yang terbaik, bekerja sesuai porsinya, dan berhenti menjadi penghujat yang tidak bisa apa-apa. Jika kita menghadapi realita bahwa banyak pemimpin kita yang tidak bisa apa-apa, mari kita menjadi masyarakat yang lebih bisa apa-apa. 

Boleh melontarkan kritik atau rasa keberatan terhadap pemerintah,tapi dengan cara yang akademis. Udah penganguran, malas berusaha, tidak punya prestasi, tapi menjadi laskar paling depan menghujat pemerintah. Pemerintah yang baik itu, menyediakan makanan, kebutuhan sehari-sehari, uang, pendidikan,pakaian, trus masyarakatnya duduk diam tanpa melakukan apa-apa?

Terlepas apa yang telah terjadi, mari mengambil hikmahnya. Kebijakan-kebijakan yang sudah baik, semoga bisa diteruskan oleh pemimpin saat ini. Keburukan yang terjadi, agar ditinggalkan dan menjadi efek jera untuk tidak dilakukan oleh pemimpin lainnya.

Yuk jadi masyarakat yang cerdas berpikir dan tetap melakukan yang terbaik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun