Namun, kehidupan yang dijalani oleh Nico bisa dikatakan tidaklah mudah. Papa dan Mama Nico telah berpisah. Nico dibesarkan di Belanda, sementara mamanya telah kembali ke Indonesia.Â
Pada dasarnya, Nico sangat merindukan sentuhan dan kasih sayang dari mamanya. Meskipun Nico kadang merasa kesal, karena telah ditinggalkan oleh Mama di Belanda, namun, perasaan di hati tiada yang tahu.Â
Hal ini dibuktikan dengan kunjungan Nico ketika kembali ke Indonesia dan bertemu kembali dengan mamanya.Â
Khadija Veenhoven merupakan seorang gadis Belanda yang memiliki nama asli Marien Veenhoven.Â
Khadija pada akhirnya menjadi muslimah. Butuh waktu satu tahun bagi Khadija untuk memahami Islam dan memantapkan hatinya menjadi mualaf.Â
Berkat foto dirinya yang tanpa sengaja ditangkap oleh mata kamera DSLR milik Nico, Khadija mulai mengetahui sosok laki-laki tersebut.Â
Begitu pula pertemuannya dengan Mala yang terjadi tanpa sengaja di sebuah halte bus. Sapaan Khadija untuk berbagi kurma kepada Mala menjadi jalan awal pertemanan keduanya. Sebuah perjumpaan yang tidak terduga.Â
Sementara Mala, merupakan gadis Jawa yang berasal dari Yogyakarta, Indonesia. Mala menempuh pendidikan di Amsterdam sebagai mahasiswi pada jurusan seni.Â
Selain sebagai mahasiswi, Mala juga merupakan seorang penari yang sangat piawai dengan gerakan yang begitu indah ketika di atas pentas.Â
Perjalanan Mala dari Benua Asia menuju ke Benua Eropa menciptakan suatu petualangan baru di dalam hidupnya.Â
Jejak langkah di Negeri Kincir Angin membuat Mala dapat bertemu dengan Pieter, anak dari Nyonya Mirthe, yang berprofesi sebagai dokter gigi. Pieter juga merupakan sepupu dari Khadija/Marien.