Mohon tunggu...
Desy Hani
Desy Hani Mohon Tunggu... Lainnya - Happy reading

Hi, you can call me Desy - The Headliners 2021 - Best in Opinion Kompasiana Awards 2023 - Books Enthusiast - Allahumma Baarik Alaih

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Fenomena "Promo, Discount, dan Cashback", Daya Tarik Menjadi "Shopaholic"?

21 September 2023   11:12 Diperbarui: 22 September 2023   11:07 1211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi shopaholic | sumber: unsplash.com

Promo, discount dan cashback, tiga kata yang memikat hati para pembeli untuk melakukan transaksi "checkout" dan berakhir pada pintu "payment". Benarkah daya tarik tersebut apabila tidak bisa dikendalikan, mampu menyeret para pecinta belanja masuk ke dalam jalur "shopaholic"? Adakah solusi yang bisa dilakukan untuk mengantisipasinya?

Fenomena berbelanja secara daring, bukanlah hal yang tabu lagi dilakukan oleh para penduduk bumi, terlebih lagi di era digitalisasi seperti sekarang ini. 

Aktivitas ini sejatinya sudah sangat lumrah bila dilakukan. Berbagai macam marketplace hadir, seperti halnya Shopee, Tokopedia, Lazada, Blibli, Bukalapak dan tentunya masih banyak lagi. 

Kehadiran marketplace sebagai wadah yang menjembatani terjadinya pertemuan penjual dan pembeli secara virtual, untuk melakukan transaksi jual-beli secara online. 

Produk yang diperjualbelikan di setiap marketplace pastinya sangat beragam. Mulai dari produk kecantikan, fashion, elektronik, bahkan sampai perlengkapan rumah tangga, juga ikut serta meramaikan marketplace. 


Ilustrasi beragam marketplace | sumber: sasanadigital.com
Ilustrasi beragam marketplace | sumber: sasanadigital.com

Kemudahan berbelanja secara daring, tentunya memiliki berbagai macam keuntungan bagi para konsumen. 

Mulai dari kemudahan transaksi yang tidak harus dilakukan secara langsung. Dengan hanya bermodalkan gawai, aplikasi/website suatu marketplace, dan wifi/kuota, transaksi pembelian akan terjadi. Jangan lupa, siapin uangnya juga ya, eh. 

Sehingga pembeli bisa lebih menghemat waktu, tanpa harus datang ke lokasi tujuan, karena bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. 

Selain itu, pembeli juga bisa menekan pengeluaran tambahan di luar pembelian, terkait biaya transport, misalnya. 

Tidak hanya itu, dengan berbelanja secara daring, para penduduk bumi juga bisa mendapatkan harga yang lebih bersahabat lagi, bahkan bernilai sangat fantastis, apabila dibandingkan dengan berbelanja secara langsung. Benarkah demikian? 

Ilustrasi online shopping | sumber: kompas.com
Ilustrasi online shopping | sumber: kompas.com

Di setiap marketplace, pada umumnya, akan memberikan penawaran yang terbaik demi memikat hati para pembeli online, untuk melakukan transaksi "checkout" yang berakhir pada pintu "payment". 

Daya tarik yang paling dominan ditemukan pada setiap marketplace adalah promo, discount and cashback. 

Di mana ketiganya, bisa dikatakan mampu memberi keuntungan bagi para pembeli, ketika akan melakukan pembelian secara daring. Bukankah begitu? 

Promo sendiri dihadirkan untuk mempengaruhi calon pembeli, agar tertarik dengan promosi yang ditawarkan tersebut. 

Promo yang dihadirkan sangatlah beragam dan bisa dikatakan "banyak jenisnya". Akan tetapi, pada artikel ini lebih dipusatkan pada promo akan "discount dan cashback", yang lebih dominan mewarnai peradaban di marketplace. 

1. Discount 

Ilustrasi discount | sumber: akseleran.co.id
Ilustrasi discount | sumber: akseleran.co.id

Discount, satu kata yang berkaitan dengan potongan harga terhadap suatu produk yang diperjualbelikan. Dan tentunya, ini akan menarik perhatian para konsumen. 

Kehadiran discount pada setiap marketplace sangatlah beragam. Semuanya disesuaikan dengan ketentuan daripada marketplace itu sendiri. 

Pada setiap marketplace, kamu akan lebih mudah menemukan penggunaan discount pada saat live berlangsung dan pada saat tanggal cantik di setiap bulannya. 

Fitur live. Menemukan fitur yang satu ini sangatlah mudah. Tinggal mengunjungi beranda utama, kamu akan melihat aktivitas live yang dilakukan oleh para penjual. 

Fitur live digunakan oleh para penjual untuk mempromosikan barang yang akan diperjualbelikannya. Produk yang dipromosikan ketika live berlangsung sangatlah beragam. 

Contoh discount saat live: 

Ketika live sedang berlangsung, discount akan ditampilkan oleh marketplace. Dan discount yang ditawarkan terkadang tidaklah tanggung-tanggung, mulai dari 20% bahkan lebih dari 50% untuk "all item". 

Dengan ketentuan, penggunaan discount tersebut hanya bisa berlaku apabila kamu melakukan pembelian ketika live sedang berlangsung. Misalnya, discount 50% di setiap pukul 19.00 sd 00.00. 

Apabila pembelian terjadi di luar live, discount tidaklah berlaku dan discount tidak akan berlaku pula apabila transaksi pembelian di luar pukul 19.00 sd 00.00 malam.

Tanggal cantik. Bagi para pecinta belanja daring, tanggal cantik untuk kehadiran discount pasti tidaklah asing lagi. Seperti halnya di angka 9.9 (tanggal sembilan bulan sembilan). 

Di setiap tanggal cantik tersebut, pada umumnya, para marketplace akan berlomba-lomba menyajikan discount yang fantastis, demi menarik minat para pembeli. 

Contoh discount pada saat tanggal cantik: 

Discount yang disajikan lagi-lagi beragam di setiap marketplace. Misalnya, discount 8 ribu untuk setiap pembelian 60 ribu atau discount 30% untuk semua jenis produk. 

Apabila produk yang kamu beli memiliki harga 300 ribu dan pada saat itu kamu mendapatkan discount di atas. Sehingga kamu hanya membayar 170 ribu (300 ribu - 130 ribu). 

Kesimpulan singkatnya, nguntungin banget kan bisa dapet potongan hampir dari setengah harga. 

(Produk dengan harga 300 ribu: discount 8 ribu setiap pembelian 60 ribu, sehingga mendapatkan potongan 40 ribu. Ditambah lagi dengan discount 30% dari 300 ribu, sehingga mendapatkan potongan 90 ribu. Total discount yang didapat adalah 130 ribu) 

2. Cashback 

Ilustrasi cashback | sumber: jojonomic.com
Ilustrasi cashback | sumber: jojonomic.com

Berbeda dengan discount, cashback akan didapatkan apabila kamu sudah melakukan transaksi pembayaran dan produk yang kamu beli telah sampai ke tujuan. Alias sudah kamu terima dan pesanan telah dikonfirmasikan. 

Setelah kamu menerima pesanan, secara otomatis, cashback yang ditawarkan sebelumnya akan masuk ke dalam akun belanja daring milikmu. 

Cashback didapatkan bisa dalam bentuk uang secara virtual, ataupun dalam bentuk poin. Sehingga kamu bisa menggunakannya kembali ketika akan berbelanja (lagi). 

Misalnya, penawaran cashback terhadap suatu produk. Cashback 10% minimal belanja 100 ribu. 

Apabila barang yang ingin kamu beli seharga 250 ribu. Maka ketika barang telah sampai, kamu akan mendapatkan cashback senilai 25 ribu. Dan ini bisa kamu gunakan kembali. 

Ilustrasi discount and cashback | sumber: interactive.co.id
Ilustrasi discount and cashback | sumber: interactive.co.id

Nah, apabila keduanya bisa disandingkan (discount and cashback), kamu pastinya akan "lebih-lebih" lagi mendapatkan harga yang sangat bersahabat, ketika membeli produk secara daring. Memikat sekali, bukan. 

Namun tidak jarang, daya tarik yang begitu kuat dan memikat ini, malah bisa membuat dirimu menjadi ketagihan secara terus menerus untuk berbelanja, apabila tidak mampu kamu kendalikan secara seimbang. Debit dan kredit-nya ga balance gitu lho. 

Dengan dalih, "mumpung lagi banyak discount nih, mumpung cashbacknya lagi gede nih, kapan lagi coba bisa dapat harga murah meriah begini, kan sayang nanti promonya hangus". 

Padahal di saat itu, produk tersebut tidak sedang/benar-benar kamu butuhkan. Coba kamu tarik ulur ke belakang, pernahkah kamu menjadi tergila-gila belanja, hanya karena tujuan mumpung lagi pesta discount dan cashback yang sedang digelar? 

Atau bahkan, kamu malah pernah membeli produk karena kesan imut/lucu yang disajikan saja dan itu tidaklah kamu butuhkan? Dan pernahkah hal tersebut terjadi pada pembaca sekalian? 

Ilustrasi shopaholic | sumber: klikdokter.com
Ilustrasi shopaholic | sumber: klikdokter.com

Apabila kamu tidak bisa mengendalikan dirimu dengan sebaik mungkin, yang ada, kamu bisa terjerat pada jalur shopaholic. 

Sehingga membuat dirimu malah menjadi kecanduan untuk terus menerus berbelanja. Dengan tujuan, hanya demi menciptakan kepuasaan semata. 

Dilansir dari hellosehat.com bahwa shopaholic merupakan orang yang memaksakan diri untuk berbelanja dan mungkin merasa dirinya tidak memiliki kontrol atas perilaku tersebut. 

Baikkah bila hal tersebut dibiarkan secara terus-menerus? Jawabannya, tentu tidak, karena bisa mengganggu kesehatan finansialmu. Terlebih lagi bila tidak bisa kamu kendalikan dengan sebaik mungkin. 

Maka dari itu, kamu harus bisa membentengi dirimu sendiri, agar tidak mudah terjerat ke dalam lingkaran shopaholic, seperti: 

Pertama, hindari window shopping

Ilustrasi window shopping | sumbet: klikdokter.com
Ilustrasi window shopping | sumbet: klikdokter.com

Scroll sana, scroll sini, memang terlihat sangat mengasyikan, terlebih lagi bila kamu sedang melakukan aktivitas window shopping di salah satu marketplace. 

Pada awalnya, mungkin kamu memang tidak berniat untuk "jajan" ketika kamu mengunjungi suatu marketplace secara virtual. 

Tujuanmu hanya sekedar untuk melihat-lihat tanpa membeli, alias cuci mata. Namun siapa sangka, karena aktivitas window shopping inilah transaksi malah berakhir di pintu pembayaran. 

Ya, aktivitas windows shopping memang terkadang menggoda iman. Bagaimana tidak, ketika kamu mengunjungi marketplace dan kebetulan, bertepatan dengan namanya promo besar-besaran, pesta discount, serta cashback di setiap produknya. Sudah bisa dipastikan, kecil kemungkinan kamu tidak akan tergoda. 

"Ya ampun, lucu banget aksesorisnya, waw diskon 50% lagi, aduh beli ga ya, kan belum ada juga nih warna pink. Beli aja kali ya, kan sayang nih potongannya, mana cuma sehari lagi, hangus entar", misalnya. 

Nah, maka dari itu, ada baiknya kamu mengurangi aktivitas yang satu ini. Apabila kamu sudah berniat untuk puasa "berbelanja", cobalah untuk menahan diri untuk tidak lirik sana lirik sini di marketplace. 

Kedua, pahami itu kebutuhan atau hanya sekedar keinginan

Ilustrasi kebutuhan dan keinginan | sumber: kompas.com
Ilustrasi kebutuhan dan keinginan | sumber: kompas.com

Setelah kamu bisa menahan diri untuk tidak melakukan aktivitas windows shopping, dengan dalih hanya untuk melihat-lihat tanpa membeli. 

Seharusnya, kamu sudah bisa memahami, mana yang termasuk kebutuhan dan mana yang hanya sekedar keinginan. 

Misalnya, kamu yang memiliki kebutuhan produk perawatan kulit wajah (dibaca: skincare), pastinya sudah tahu berapa total pengeluaran setiap bulannya untuk hal ini. Taruhlah berkisar di angka 300 ribu. 

Kenapa skincare di posisikan sebagai kebutuhan? Karena penggunaan produk perawatan kulit wajah bisa dikatakan "wajib", hal ini dilakukan untuk menjaga kesehatan kulit wajah, dengan cara selalu dirawat. 

Jadi tidak masalah bila kamu membeli skincare di setiap bulannya, apabila produk tersebut mendekati/telah habis. 

Sementara keinginan, pastinya di luar kebutuhan utama, karena berkaitan dengan pemuasan pada diri sendiri. Tanpa tujuan yang jelas, kenapa kamu membeli produk tersebut.

Seperti halnya pernyataan pada poin pertama, ketika melihat aksesoris lucu ditambah lagi dengan diskon. 

Hasrat untuk membeli timbul dan bergejolak tinggi, padahal itu semua belum tentu kamu gunakan. Singkatnya, bukanlah sebuah kebutuhan.

Ketiga, batasi anggaran belanja daring 

Ilustrasi batasi anggaran belanja daring | sumber: lifepal.co.id
Ilustrasi batasi anggaran belanja daring | sumber: lifepal.co.id

Membatasi anggaran belanja bukan berarti membuat kamu begitu perhitungan terhadap pengeluaranmu, bukan juga berarti kamu terlalu pelit. Itu beda konsep. 

Membatasi anggaran belanja daring, sama dengan membatasi pengeluaran yang tidak penting. 

Terlebih lagi bila kamu telah memahami poin kedua, mana yang termasuk kebutuhan dan mana yang hanya sekedar keinginan. 

Cara membatasi anggaran belanja ini, dilakukan agar jari jemarimu tidak iseng mengetuk fitur checkout dan berakhir pada pintu payment. 

Misalnya, ketika itu kamu sudah membuat estimasi besaran biaya pengeluaranmu senilai 500 ribu, ini estimasi untuk kebutuhan berbelanja daring setiap bulan. 

Ketika kamu telah mendapatkan estimasi nilai kebutuhan tersebut, kamu harus mulai menekan agar tidak terjadi transaksi pembelian daring di luar dari kebutuhan, serta di luar dari nilai anggaran yang telah ditentukan sebelumnya. 

Ilustrasi online shopping | sumber: merdeka.com
Ilustrasi online shopping | sumber: merdeka.com
Pada dasarnya, ketiga poin di atas seharusnya sudah bisa kamu pahami. Jangan sampai, ketika berbelanja kamu hanya mengandalkan ego sesaat, demi kepuasan semata. 

Hal ini dilakukan agar kamu tidak masuk ke dalam jeratan si pecandu belanja, agar kesehatan finansialmu tetap terjaga dengan baik.

Sehingga, kas masuk dan kas keluar tidak menembus overspending (pengeluaran dan pemasukan yang tidak seimbang). 

Maka dari itu, bijaklah dalam berbelanja secara daring. Tidak ada yang salah melakukan aktivitas yang satu ini, kesalahan hanya terletak pada diri sendiri, apabila kamu tidak bisa mengendalikannya dengan sebaik mungkin.

Thanks for reading

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun