Imposter syndrome, salah satu sindrom yang dapat menyerang para penduduk bumi, ketika keyakinan akan kemampuan yang dimiliki terhapuskan hanya karena rasa tidak percaya diri. Baikkah perilaku demikian bersarang di dalam diri tanpa adanya sebuah solusi?Â
Ketika mendengar kata imposter, sebagian besar para para pecinta dunia game akan langsung berfokus pada karakter yang hadir di dalam permainan among us.Â
Pada permainan tersebut, imposter merupakan pemain penipu yang memiliki tugas untuk mengacaukan permainan.Â
Tidak hanya itu saja, imposter juga bertugas untuk membunuh karakter lain tanpa ketahuan.Â
Namun ternyata, imposter tidak hanya terkenal di dunia game saja, karena imposter pun hadir menghiasi dunia nyata tempat para penduduk bumi berpijak dan ini dikenal dengan istilah imposter syndrome atau yang juga dikenal dengan fraud syndrome.Â
Imposter di dunia nyata berbeda dengan karakter imposter yang hadir di permainan among us, karena imposter syndrome berpusat pada keraguan yang dirasakan oleh seseorang.
Dilansir dari hellosehat.com bahwa imposter syndrome atau fraud syndrome merupakan kondisi psikologis di mana seseorang merasa tidak pantas meraih kesuksesan yang telah dicapainya.Â
Istilah imposter syndrome berasal dari sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 1978 silam oleh Pauline Rose Clance dan Suzanne Imes dari Georgia State University, yang berjudul "The Imposter Phenomenon in High Achieving Women: Dynamics and Therapeutic Intervention."
Dan menurut ulasan pada tahun 2020, 9% hingga 82% orang mengalami imposter syndrome, jumlahnya dapat bervariasi tergantung pada siapa saja yang berpartisipasi dalam penelitian tersebut.Â
Meskipun demikian, imposter syndrome menurut para ahli tidak mengklasifikasikan sindrom yang satu ini sebagai gangguan kesehatan mental.
Imposter syndrome yang telah menyerang para penduduk planet ini cenderung mengarah pada keraguan dari dalam diri sendiri, meskipun yang bersangkutan adalah manusia yang berprestasi di dalam hidupnya.
Seakan-akan prestasi yang didapatkan tidak pantas berada di dalam genggaman. Di mana yang bersangkutan telah beranggapan bahwa apa yang diperolehnya hanya sebatas pada keberuntungan semata.Â
Permisalan sederhananya...
Ketika itu, kamu yang baru resmi menyandang gelar sarjana mendapatkan hadiah yang luar biasa, di saat itu kamu langsung mendapatkan pekerjaan di salah satu perusahaan ternama.Â
Semua itu didapatkan karena prestasi yang kamu miliki selama mengenyam pendidikan di perguruan tinggi.Â
Bagaikan telah membangun sebuah jembatan kesuksesan yang kamu kerjakan selama menempuh pendidikan.Â
Namun tetap saja, kamu selalu menganggap dirimu tidak layak mendapatkan hadiah tersebut dan kamu merasa takut bila tidak akan bisa kompeten bekerja di perusahaan tersebut.Â
Selain itu, kamu juga menganggap bahwa itu semua hanyalah kebetulan semata dan bukan karena kemampuan yang kamu miliki. Di mana dirimu sendiri telah meragukan semuanya.Â
Pikiran demikian juga sempat (dulu) menghampiri otakmu, ketika kamu berhasil diterima oleh universitas ternama tersebut dan menganggapnya hanya sebagai keberuntungan tanpa sengaja.Â
Dari ilustrasi di atas, sudah terlihat scara jelas bahwa kamu telah menggenggam imposter syndrome, keraguan pada kemampuan diri telah kamu ciptakan dan keberhasilan yang kamu dapatkan malah dipertanyakan oleh dirimu sendiri.
Maka dari itu, cobalah bersikap lebih tenang dalam menjalani hidup, agar apa yang terjadi bisa dinetralisir dengan baik, seperti halnya kehadiran imposter syndrome ini.Â
Berikut beberapa solusi yang bisa kamu lakukan agar tidak terjebak dalam lingkaran imposter syndrome.Â
Pertama, hindari terlalu banyak pikiran negatif. Ini merupakan kunci pertama dan paling utama yang harus bisa kamu tanamkan di dalam diri terkait pikiran yang bersarang di dalam otakmu.
Pikiran yang hadir bisa berkaitan dengan niat, di saat kamu memfokuskan pikiranmu pada hal-hal yang cenderung negatif, secara tidak langsung, kamu telah menciptakan sebuah perandaian yang berujung pada kecemasan.Â
Seperti halnya yang telah dijelaskan di atas, di mana kamu merasa tidak yakin dengan kemampuan serta prestasi yang kamu dapatkan, sehingga kamu menyimpulkan bahwa hal tersebut hanyalah kebetulan semata, alias ketidaksengajaan yang menghampiri dirimu.Â
Itulah sebabnya, kamu harus menjauhkan diri dari pikiran yang cenderung negatif, pikiran negatif yang telah merajai diri tanpa sebuah solusi dapat menciptakan kegelisahan tak beralasan di dalam hidup.
Kedua, nikmatilah perjalanan hidupmu dengan baik tanpa menciptakan beban dadakan. Poin kedua ini berkaitan erat dengan rasa syukur yang telah kamu tanamkan di dalam diri.
Ketika kamu selalu menikmati hidup yang kamu jalani, niscaya kamu sendiri tidak akan memberikan persepsi yang "tidak-tidak" (cenderung negatif) terhadap dirimu.
Seperti halnya yang telah dijelaskan di atas, ketika kamu merasa tidak pantas mendapatkan keberhasilan atas prestasi yang telah kamu raih.
Pada dasarnya, kamu bisa menghilangkan persepsi demikian dengan meyakinkan hatimu bahwa hal tersebut memang berhak kamu dapatkan.
Seperti halnya yang telah dijelaskan pada ilustrasi di atas, di mana kamu langsung mendapatkan pekerjaan setelah mengenakan toga.
Namun, kamu meragukan semua itu, serta menganggap keberhasilan tersebut hanya sebatas pada keberuntungan semata.Â
Keraguan yang kamu ciptakan terkait pencapaian tersebut seharusnya tidak perlu dilakukan. Yakinkan diri bahwa kamu memang pantas mendapatkannya.Â
Ketiga, tingkatkan kepercayaan diri yang tinggi. Poin ketiga ini saling berkesinambungan dengan poin pertama dan poin kedua.
Ketika kamu berhasil menjauhkan dirimu dari pikiran-pikiran tidak baik (negatif), di saat itulah, kamu akan menikmati hidup dengan rasa syukur yang luar biasa.
Apabila keduanya telah berada di dalam genggaman, bukan tidak mungkin bila kepercayaan diri yang tinggi akan hadir menghiasi hidup yang kamu jalani.Â
Itulah sebabnya, kamu sendiri harus bisa memulainya dari dirimu sendiri. Yakinkan bahwa kamu bisa melakukannya dengan sebaik mungkin.
Apapun yang kamu dapatkan dan apapun hasil yang kamu peroleh merupakan bagian dari usaha baik yang telah kamu laksanakan. Itu semua merupakan anugerah yang telah diberikan oleh Sang Maha Kuasa.Â
Jangan pernah ragukan kemampuan dirimu, meskipun kamu selalu merasakan bahwa akan ada yang "lebih baik" darimu.Â
Setiap insan di muka bumi ini tentunya memiliki kelebihannya masing-masing. Namun, di balik semua itu tetap ada kekurangan di dalam dirinya, karena di dunia ini tidak ada yang sempurna.Â
Itulah sebabnya kamu harus yakin dengan kemampuanmu, dengan meningkatkan kepercayaan diri, kamu sendiri tidak akan membuat dirimu terjebak dalam benak keraguan.Â
Selain dari ketiga poin di atas, untuk menghindari diri masuk ke dalam lingkaran imposter syndrome, kamu bisa menuangkan apa yang sedang bersarang di dalam kepalamu kepada orang yang terpercaya.Â
Sampaikanlah keluh kesahmu dan mintalah solusi dari apa yang kamu sampaikan kepadanya, mencari solusi bersama dari apa yang sedang terjadi mampu memberikan ketenangan di dalam diri.Â
Terlebih lagi ketika keluh kesah tersebut berhasil kamu sampaikan, dengan demikian, kamu sendiri telah mengosongkan sedikit ruang kepenatan di dalam pikiran, karena telah tersampaikan lewat curahan hati kepada orang yang terkasih.Â
Saya mohon maaf apabila ada salah kata di dalam penulisan artikel ini. Semoga informasi ini bisa bermanfaat.Â
Thanks for reading
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H