Botih hanya terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Botam. Pada saat itu, memang ada salah satu hooman yang pernah berkata dihadapannya, kalau Botam terlihat menyeramkan dengan warna hitam yang menghiasi bulu halusnya.
"Jangan bersedih Botam, para hooman tidak ada yang membencimu"
"Tidak Botih, mereka semua membenciku, mereka semua takut dengan warna buluku yang hitam pekat seperti ini"
Kali ini Botam tidak bisa menahan tangis, air mata kecilnya jatuh berhamburan membasahi bulu-bulu halus yang menghiasi wajah lucunya.
Seketika itu Botih langsung menghapus air mata yang jatuh berderai di wajah Botam dengan menggunakan paw-paw kecilnya, sembari memeluknya dengan hangat.
"Aku tidak mengerti Botih. Kenapa para hooman seperti mengutukku, kalau diriku merupakan kucing yang menakutkan. Aku sama sepertimu Botih, wujudku sama sepertimu, hanya warna buluku yang tidak sama sepertimu" lanjut Botam dengan suara yang tersedu-sedu.
"Tidak Botam, tidak. Dirimu tidak menakutkan seperti yang pernah diucapkan oleh salah satu hooman" Balas Botih menenangkan jiwa-jiwa Botam yang sedang berantakan.
"Aku punya mata, aku punya hidung, aku punya kumis, aku punya telinga, aku punya paw-paw, aku punya bulu, dan aku juga punya tubuh yang kecil sepertimu Botih. Aku sama sepertimu Botih. Kita sama-sama dari golongan kucing. Tapi kenapa mereka memperlakukan ku seperti itu Botih"
Kali ini Botam berkata dengan begitu cepat, tanpa memberikan kesempatan bagi Botih untuk memotong pembicaraannya, diikuti dengan deraian air mata yang semakin banyak menjatuhi pipinya.
Tidak hanya sampai di situ. Pembicaraan Botam pun berlanjut.
"Para hooman tidak menganggap ku Botih. Mereka dengan lembutnya mengelus kepalamu seraya berkata dengan nada-nada yang indah. Sedangkan diriku, mereka sangat enggan menyapa bahkan menyentuhku. Aku semakin sedih Botih"