Mohon tunggu...
Desy Hani
Desy Hani Mohon Tunggu... Lainnya - Happy reading

Hi, you can call me Desy - The Headliners 2021 - Best in Opinion Kompasiana Awards 2023 - Books Enthusiast - Allahumma Baarik Alaih

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cerita Fabel: Botam Si Kucing Hitam dan Botih Si Kucing Putih

7 Januari 2021   19:45 Diperbarui: 7 Januari 2021   19:51 2690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : thepetshop4u.com - Ilustrasi yang dilakukan oleh Botam si kucing hitam dan Botih si kucing putih

Cerita fabel merupakan sebuah cerita yang paling banyak disukai oleh anak-anak, dan menampilkan para binatang sebagai tokoh-tokoh utamanya. Selain itu, cerita fabel juga mengandung pesan moral yang terkandung di dalam setiap cerita. 

Pada kesempatan kali ini, saya akan bercerita tentang kehidupan dari seekor kucing hitam dan seekor kucing putih.

***

Di negeri antah berantah yang jauh di mata, hiduplah dua ekor kucing yang sudah menjadi sahabat sejak masih menjadi seekor kitten.

Keduanya hidup bersama sejak terpisah dari induknya. Berbagai macam rintangan telah dilewati oleh keduanya demi bertahan hidup. Hingga akhirnya bisa menjadi kucing dewasa seperti sekarang.

Bulu-bulu halus yang melekat pada tubuhnya merupakan ciri khas dari kaumnya. Satu berwarna hitam pekat bernama Botam (Bontet Hitam) dan satunya lagi berwarna putih terang bernama Botih (Bontet Putih).

Keduanya tinggal di salah satu rumah tua yang sudah tak berpenghuni. Badai, hujan, panas dan angin sudah menjadi makanannya sehari-hari. Tidak ada yang membuat keduanya takut, kecuali para musuh yang ingin merebut wilayah kekuasaannya. 

Kehidupan mereka sungguh bahagia, meskipun harus mengisi perut dengan bersuara dari rumah ke rumah. Bahkan, keduanya sering menampilkan wujud yang lucu nan mengemaskan di hadapan para hooman yang singgah di matanya.

Akan tetapi, ada yang membuat hati Botam menjadi sedih sesaat para hooman menghampiri dirinya dan Botih. Tidak hanya sekali, namun ini sudah terjadi berkali-kali.

"Eh kucingnya hitam sekali, mana gendut lagi, yaaa... serem banget deh lihatnya" ucap salah satu hooman sesaat menghampiri Botam dan Botih yang sedang duduk di kursi taman dekat rumah tua tak berpenghuni tersebut.

Ketika mendengar ucapan hooman tersebut hati Botam bagaikan kaca yang pecah berantakan, dirinya bingung kenapa stigma seperti itu selalu melekat pada dirinya.

Botam merasa tidak diperdulikan dan bahkan tidak dianggap. Hingga akhirnya, jurus bersembunyi adalah jalan ninja Botam untuk menghapuskan kesedihannya sesaat para homan datang menghampiri mereka berdua.

Semenjak itu, Botam tidak pernah lagi menampilkan wujudnya ketika para hooman datang membawakan cemilan. Botihlah yang akan tampil menunjukkan wujudnya. 

Ketika para hooman itu pergi, barulah Botam datang menghampiri Botih untuk menyantap camilan secara bersama-sama.

"Botih" panggil Botam dengan suara lirih sesaat setelah menyantap cemilan.

Botih pun langsung menolehkan kepalanya menghadap ke arah Botam dengan senyuman yang lucu menghiasi wajahnya.

"Iya Botam" balasnya.

"Kenapa ya aku selalu mendapatkan perlakuan yang berbeda denganmu sesaat para hooman datang menghampiri kita" ucap Botam kepada Botih dengan mata yang berbinar.

"Jangan bilang seperti itu Botam" balas Botih, diikuti dengan paw-paw kecil nan lucu miliknya mengelus kepala Botam.

Botam hanya tertunduk lesu mendengar ucapan dari Botih. Rentetan air mata yang tertahan ingin rasanya segera mengalir, namun tetap dipertahankannya dengan sebaik mungkin.

"Aku sedih Botih, para hooman sepertinya tidak suka dengan wujud buluku yang berwarna hitam pekat seperti ini" ucap Botam dengan mata yang semakin berbinar.

Botih hanya terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Botam. Pada saat itu, memang ada salah satu hooman yang pernah berkata dihadapannya, kalau Botam terlihat menyeramkan dengan warna hitam yang menghiasi bulu halusnya.

"Jangan bersedih Botam, para hooman tidak ada yang membencimu"

"Tidak Botih, mereka semua membenciku, mereka semua takut dengan warna buluku yang hitam pekat seperti ini"

Kali ini Botam tidak bisa menahan tangis, air mata kecilnya jatuh berhamburan membasahi bulu-bulu halus yang menghiasi wajah lucunya.

Seketika itu Botih langsung menghapus air mata yang jatuh berderai di wajah Botam dengan menggunakan paw-paw kecilnya, sembari memeluknya dengan hangat.

"Aku tidak mengerti Botih. Kenapa para hooman seperti mengutukku, kalau diriku merupakan kucing yang menakutkan. Aku sama sepertimu Botih, wujudku sama sepertimu, hanya warna buluku yang tidak sama sepertimu" lanjut Botam dengan suara yang tersedu-sedu.

"Tidak Botam, tidak. Dirimu tidak menakutkan seperti yang pernah diucapkan oleh salah satu hooman" Balas Botih menenangkan jiwa-jiwa Botam yang sedang berantakan.

"Aku punya mata, aku punya hidung, aku punya kumis, aku punya telinga, aku punya paw-paw, aku punya bulu, dan aku juga punya tubuh yang kecil sepertimu Botih. Aku sama sepertimu Botih. Kita sama-sama dari golongan kucing. Tapi kenapa mereka memperlakukan ku seperti itu Botih"

Kali ini Botam berkata dengan begitu cepat, tanpa memberikan kesempatan bagi Botih untuk memotong pembicaraannya, diikuti dengan deraian air mata yang semakin banyak menjatuhi pipinya.

Tidak hanya sampai di situ. Pembicaraan Botam pun berlanjut.

"Para hooman tidak menganggap ku Botih. Mereka dengan lembutnya mengelus kepalamu seraya berkata dengan nada-nada yang indah. Sedangkan diriku, mereka sangat enggan menyapa bahkan menyentuhku. Aku semakin sedih Botih"

Mendengar ucapan demi ucapan yang di katakan oleh Botam, Botih pun tidak kuasa menahan air mata.

"Aku sayang dengan dirimu Botam, kamu tidak berbeda, kamu sama denganku Botam. Jangan bersedih lagi, aku akan selalu ada untukmu, jangan hiraukan perkataan para hooman".

Kali ini Botih memeluk dengan sangat erat tubuh Botam, seraya menjilatinya dengan menggunakan lidahnya yang kecil nan panjang sebagai tanda sayang.

"Botam, jangan hiraukan perkataan para hooman lagi, kita berdua harus terus hidup bahagia. Kesedihan tidak akan mampu merubah segalanya, kesedihan hanya akan membuat kita semakin jatuh dalam keterpurukan. Dirimu adalah kucing yang istimewa Botam" ucap Botih seraya memberikan senyuman yang dimilikinya.

Sesaat itu, Botam langsung menghapus air matanya dengan menggunakan paw-paw kecil yang dimilikinya.

"Kamu benar Botih, aku adalah kucing yang istimewa. Hanya warna bulu sepertiku yang memiliki kekuatan di malam hari" balas Botam dengan senyuman indah ke arah Botih.

Kali ini air matanya telah terhapus dengan sempurna, hanya mata merahlah yang sekarang menghiasi wajahnya.

"Karena di saat kegelapan datang, aku mampu menghilang Botih, warna buluku yang hitam pekat langsung bisa menyatu dengan kegelapan malam" lanjut Botam sambil tertawa.

Botih pun terkejut mendengar apa yang dikatakan Botam. Kali ini Botam lebih terlihat bahagia.

"Itulah keistimewaan dirimu Botam. Jangan pernah bersedih lagi ya, jangan hiraukan perkataan para hooman".

Botam pun mengangguk setelah mendengar ucapan dari Botih. Hingga akhirnya, mereka berdua duduk bersama di tepian kolam menyaksikan pergantian matahari dan bulan yang mulai bekerja.

Sumber : petnyaku.com - Ilustrasi yang dilakukan oleh Botam si kucing hitam dan Botih si kucing putih
Sumber : petnyaku.com - Ilustrasi yang dilakukan oleh Botam si kucing hitam dan Botih si kucing putih

Pesan Moral yang bisa kita petik dari cerita fabel Botam si kucing hitam dan Botih si kucing putih ini adalah sebagai berikut:

Jangan terlalu mudah menilai seseorang hanya karena fisik yang dimilikinya. Semua makhluk hidup di dunia ini adalah Ciptaan-Nya. Tidak perlu membandingkan hanya karena dirinya tampak berbeda dari golongannya.

Kita tidak tahu bagaimana perasaan seseorang setelah mendengar ucapan kita yang telah menilainya tidak baik, hanya karena dirinya memiliki tampilan fisik yang berbeda.

Hati sangat sensitif, hati memiliki perasaan yang sungguh berbeda dalam menganalisa suatu rasa. Tidak jarang, penganalisaan inilah yang membuat hati terbawa ke dalam perasaan yang lebih serius, serius untuk dipikirkan dan terlalu serius untuk ditanggapi.

Semoga kita semua bisa mengambil hikmah dari cerita fabel tentang Botam (Bontet Hitam) si kucing hitam dan Botih (Bontet Putih) si kucing putih.

Thanks for reading

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun