Mohon tunggu...
Desy Hani
Desy Hani Mohon Tunggu... Lainnya - Happy reading

Hi, you can call me Desy - The Headliners 2021 - Best in Opinion Kompasiana Awards 2023 - Books Enthusiast - Allahumma Baarik Alaih

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Stop "Overthinking", Demi Semangat Baru di Tahun yang Baru

2 Januari 2021   18:48 Diperbarui: 2 Januari 2021   20:45 976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi yang dilakukan oleh seseorang yang telah overthinking (Sumber: www.istockphoto.com)

Semakin sering kita overthinking, semakin terasa hidup ini penuh dengan beban

Kalender baru Masehi telah dibuka dengan harapan baru yang penuh dengan cerita. Selamat menyongsong tahun yang baru dengan penuh semangat.

Cerita di tahun 2020 lalu tentunya akan penuh dengan pengalaman yang tidak akan terlupakan. Semua masyarakat dunia pun merasakannya.

Ambillah hikmahnya sebagai pelajaran hidup yang tidak akan terlupa-kan. Tinggalkanlah keluh kesahnya karena itu tiadalah berguna.

Meskipun kita telah berpijak di tahun yang baru, namun permasalahan bahkan keinginan yang kita harapkan di tahun sebelumnya, tentu menjadi salah satu daftar yang paling utama untuk segera terselesaikan dan terwujud bukan.

Sebuah pencapaian terjadi karena ada proses di dalamnya, jatuh bangun sudah pasti akan terjadi. Jalan hidup tidak mungkin semulus jalan tol yang terkenal dengan jargonnya jalan tanpa hambatan, karena itu tidaklah mungkin terjadi.

Jalan hidup akan penuh dengan cerita yang mewarnainya. Seseorang yang akan sukses saja tentunya harus melewati berbagai macam tantangan, tidak akan mungkin langsung sampai pada titik tertinggi dirinya berpijak.

Sama halnya dengan seseorang yang ingin mengambil buah kelapa yang masih berada di atas batang pohon tersebut. Salah satu proses yang harus dilakukannya ialah dengan memanjat, agar bisa mengambil buah kelapa yang berada jauh di atas kepalanya. Bukan hanya sekadar berpikir tanpa bertindak, karena itu hanya lah percuma.

Setelah berimajinasi pada buah kelapa, mari kita kembali ke pokok bahasan utama yang umumnya melanda kawula muda

Di masa muda, di saat usia telah memasuki kepala dua, rasanya pikiran akan mulai berbeda dibandingkan saat masih berada di usia belasan tahun.

Di fase ini, tidak jarang sebuah pikiran selalu menghiasi isi kepala dengan durasi yang cukup lama, bahkan sulit untuk dihilangkan. Fase di mana diri ini mulai memikirkan masa depan.

Berbagai pikiran mulai bercabang, mulai berpikir dalam jangka panjang, dan mulai bisa memikirkan sesuatu yang belum pasti secara berlebihan, hingga akhirnya rasa khawatir menyelimuti diri tiada henti-hentinya.

Kita ambil kasus mendasar yang paling sering menyelimuti kawula muda tentang masa depan

Tidak ada yang salah dengan memikirkan masa depan. Kita memang harus mempunyai rencana untuk kehidupan selanjutnya, agar jalan hidup kita bisa lebih terarah. Memang, manusia hanya bisa merencanakan, karena Sang Maha Pencipta lah yang akan menentukan.

Misalnya saja, seorang mahasiswa ataupun mahasiswi yang pada tahun 2020 lalu masih berada di bangku perkuliahan, akan memiliki pikiran yang lebih panjang dan lebih jauh. Berbagai macam proses harus dilaluinya untuk memeluk sebuah kesuksesan.

Di tahun ini, pikiran yang akan dikeluarkannya semakin liar. Dirinya harus menyelesaikan permasalahan di tahun ini dalam dunia perkuliahannya agar segera mengenakan toga. Agar segera mendapatkan pekerjaan yang di dambakannya demi masa depan yang bahagia.

Di dalam proses ini, tidak jarang kekhawatiran akan muncul dengan sendirinya, pikiran-pikiran liar akan mulai bersarang di kepala tentang cerita hidup di masa depan. Seperti halnya:

  1. Bagaimana ya kalau aku belum bisa lulus di tahun ini? Laporan akhirku belum menemukan titik terang, aku takut laporanku ditolak
  2. Bagaimana ya kalau setelah lulus nanti aku malah belum dapat pekerjaan? Aku takut menemukan kegagalan di dalam proses ini
  3. Bagaimana ya aku bisa masuk di perusahaan ternama, pesaingku pasti banyak? Aku khawatir tidak mampu bersaing dengan mereka yang lebih pintar dari diriku

Ilustrasi yang dilakukan oleh seseorang yang telah overthinking (Sumber: huffpost.com)
Ilustrasi yang dilakukan oleh seseorang yang telah overthinking (Sumber: huffpost.com)

Tiga contoh pertanyaan bagaimana di atas hanya sedikit dari sekian banyak pertanyaan yang menghantui jiwa-jiwa seseorang yang telah overthinking.

Dirinya takut akan masa depan yang dihadapinya, dirinya cemas akan perjalanannya di masa depan, hingga akhirnya khawatir sebuah kegagalan datang menghampirinya di masa depan.

Semakin kita memikirkan secara berlebihan tentang sesuatu hal yang belum terjadi, semakin kita mendapatkan diri berada dalam lingkaran hidup yang sangat rumit.

Hanya sekadar memikirkan tanpa ada proses penyelesaian di dalamnya, sama halnya dengan menunggu seekor kucing mengibarkan sayapnya untuk bisa terbang, karena hal ini tidaklah mungkin terjadi.

Di dalam istilah psikologi, overthinking kerap kali diartikan memikirkan sesuatu secara berlebihan dan terus menerus. Hal tersebut, tentu akan berdampak buruk bagi kesehatan mental. Lebih parahnya lagi, akan berpengaruh pada kesehatan fisik orang tersebut.

Sudah terlihat secara jelas bukan bahwa overthinking tidak akan menyelesaikan suatu masalah, overthinking hanya akan menambah sebuah masalah.

Ada beberapa dampak yang akan ikut terseret di dalam diri apabila kita terlalu overthinking terhadap hidup, seperti:

Pertama, tidak adanya semangat dalam hidup
Menjalani hidup tentunya harus diiringi dengan semangat yang tinggi. Segala sesuatu tentunya diawali dengan niat, dan niat inilah yang terkadang menjadi jawabannya. Kalau kita tidak berniat melakukan sesuatu hal dengan baik, niscaya hasilnya tidak akan baik karena tidak adanya kesungguhan di dalamnya.

Dengan hadirnya overthinking di dalam hidup, semua kegiatan yang kita lakukan setiap harinya bagaikan tanpa semangat, apapun itu, bagaikan hampa dijalani. 

Hal ini terjadi dikarenakan diri ini telah dirasuki dengan pikiran liar yang terlalu jauh, dan ini tentunya akan merugikan diri sendiri. Percaya dirilah karena itu akan lebih baik.

Kedua, terlalu banyak pengandaian tanpa proses yang jelas
Saat berada di fase overthinking, kita harus mampu berpikir jernih, bukan malah menerka-nerka tentang hal yang belum tau akan terjadi secara berlebihan.

Apabila kita berada pada posisi seperti kasus di atas (pada nomor satu sampai dengan tiga), yang harus kita lakukan adalah menyelesaikan permasalahan tersebut. Bukan hanya sekadar memikirkan tanpa kejelasan, tentang bagaimana dengan hidupku di masa depan. 

Hanya sekadar melakukan pengandaian tanpa proses penyelesaian sama halnya seperti hubungan tanpa kejelasan, rasanya tidak akan ada yang namanya kepastian.

Ketiga, semakin tidak percaya diri
Overthinking yang telah tertanam di dalam diri tidak jarang akan menyebabkan hilangnya kepercayaan diri. Ibaratnya sudah kalah sebelum berperang. Belum apa-apa sudah takut gagal.

Kita ambil kasus pada nomor tiga di atas, "Bagaimana ya aku bisa masuk di perusahaan ternama, pesaingku pasti banyak? Aku khawatir tidak mampu bersaing dengan mereka yang lebih pintar dari diriku".

Merasa banyak yang lebih pintar dari diri kita memang tidak ada salahnya. Jadikanlah ini sebagai motivasi. Kalau mereka yang pintar bisa, kenapa kita tidak. Tidak ada gunanya menempatkan pikiran secara berlebihan hingga akhirnya menjatuhkan kepercayaan diri, karena itu akan merugikan diri sendiri.

Inilah salah satu contoh sederhana dari overthinking, pikiran yang dikeluarkan terlalu jauh padahal hal ini belum dilakukan dan dirinya telah membuat stigma negatif yang berlebihan pada dirinya sendiri. 

Keempat, mengganggu kesehatan
Saat kita berada di fase overthinking, tidak jarang kita telah memikirkan sesuatu secara berlebihan terhadap sesuatu hal yang nyatanya belum terjadi di depan mata.

Bukannya masalah tersebut terselesaikan kita malah jatuh sakit hingga akhirnya stres, yang menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan mental pada diri sang overthinking tersebut.

Isi kepala hanya dihantui oleh bayangan perasaan yang tidak menentu karena tindakan overthinking yang telah tersemat di dalam diri. Seakan-akan kita telah terjebak di dalam pikiran yang tidak pasti.

Come on... Hidup ini penuh dengan proses, tidak ada sesuatu hal yang bisa diperoleh secara instan. Sebuah mie yang mendapatkan label instan pun masih harus dimasak terlebih dahulu baru bisa dinikmati, apalagi ini.

Sukses terjadi karena usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh. Jangan takut dengan kehidupan di masa depan, tidak hanya dirimu sendiri yang akan melihat dirimu di masa depan, semua orang yang pada saat ini sedang menginjakkan kakinya di bumi juga akan merasakan yang namanya masa depan.

Ingatlah, overthinking tidak akan membuat dirimu menjadi bahagia. Sesuatu yang dipikirkan secara berlebihan tidak akan ada baiknya. Percayalah.

Hidup akan begitu terasa indah apabila kita menjalaninya dengan bersyukur, dan hidup akan menjadi lebih bahagia apabila kita menjalaninya dengan penuh keikhlasan.

Thanks for reading

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun