Mengenal dirimu. Menjalin cinta denganmu. Memiliki perasaan yang selalu bahagia dengamu. Memang berada diluar ekspektasiku. Tak pernah tebayangkan sebelumnya dan tak pernah terpikirkan olehku sebelumnya. Mas, apakah kamu orang yang selama ini aku tunggu ?
*****
Mas kamu kah orangnya ? Pikirku dikala itu.
Sesosok laki-laki yang memiliki usia 4 tahun lebih tua dariku. Dialah Mas Aji Permana. Aku dan Mas Aji mulai saling mengenal sejak kami sama-sama bekerja di perusahaan yang sama. Awal pertemuanku dengan Mas Aji bisa dibilang seperti pertemuan biasa pada umumnya. Perkenalan layaklah sebagai teman dan tidak lebih dari itu. Mas Aji berasal dari Kota Yogyakarta. Namun kami berdua dipertemukan di Kota Jakarta.
Aku adalah Dina Putri Alysia. Nama panggilanku adalah Putri. Aku berasal dari salah satu kota terbesar di pulau sumatera yaitu Kota Medan.
*****
Senin, 18 Oktober 2018
Hari ini merupakan hari pertamaku bergabung di perusahaan ini. Sebuah perusahaan yang berada di Kota Jakarta. Aku diterima di perusahaan ini sebagai salah satu staff pada bagian administrasi kontrak. Perasaan senang, bahagia dan sedih pun menjadi satu. Bagaimana tidak, aku senang karena akan bertemu dengan teman kerja yang baru dan bahagia karena impiannku selama ini untuk bekerja di salah satu perusahaan ternama pun akhirnya terwujud. Namun perasaan sedih harus menghampiri karena aku harus menjadi anak rantauan yang jauh dari kakak dan kedua orang tuaku.
Hari demi hari berlalu. Minggu demi minggu pun berlalu. Tidak ada yang istimewa selama aku berada di kantor ini. Selain keinginan untuk bisa cuti setiap bulannya. Akan tetapi, jelas semua ini tidak akan bisa dilakukan. Sebagai salah satu staff, aku harus tetap mematuhi peraturan yang berlaku dan harus profesional dalam bekerja tentunya.
"hhhmm pengen cuti" bisikku didalam hati.
Setiap hari, setiap bekerja bawaannya selalu ingin pulang kerumah di Medan. Berjauhan dengan kedua orang tua memang begitu berat. Terlebih lagi ini merupakan rantauan pertamaku. Aku sering menahan tangis saat sedang menelepon mama. Entah kenapa rasanya air mata ini selalu ingin jatuh. Rasa rindu yang kuat terkadang tak bisa kutahan. Namun aku selalu berusaha tegar saat menelpon mama. Terkadang ada kalanya aku tidak kuat lagi dan mengakhiri panggilan telepon dari mama.
Tanpa disangka dan tanpa aku sadari. Dimana awalnya aku tidak terlalu bersemangat bekerja karena harus berjauhan dari kedua orang tua. Menjadi sirna karena kehadiran sesosok laki-laki yang sangat istimewa di hatiku.
Jatuh cinta tanpa aku minta. Terpesona dengannya pun tanpa aku sadari dan akhirnya aku diam-diam menyukainya. Pertama kali aku terpesona dengannya karena sifatnya yang begitu pemalu saat berpapasan dengannku dan hal pertama yang membuatku semakin jatuh hati dengannya ialah karena dia selalu melaksanakan sholat tepat waktu. Dialah Mas Aji Permana.
*****
Pukul 12.05 WIB, adzan sholat dzuhur tentunya sebentar lagi akan berkumandang. Aku selalu berusaha menyempatkan diri untuk sholat tepat waktu. Dengan alasan utama, biar aku bisa bertemu dengan Mas Aji. Aku dan Mas Aji berada di bagian kerja yang berbeda. Mas Aji berada di bagian keuangan. Sedangkan aku berada di bagian administrasi kontrak. Intensitas untuk bertemu dengannya tentu tidak begitu mudah. Kecuali aku benar-benar berniat masuk keruangan bagian keuangan. Namun semua itu tidak mungkin aku lakukan, kecuali aku benar-benar ada urusan penting dengan bagian keuangan. Salah satu cara agar bisa bertemu dengan Mas Aji yaaa dengan sholat tepat waktu. Pikirku disaat itu.
"Nah itu dia orangnya" bisikku didalam hati.
Aku melihat dengan jelas sesosok yang aku tunggu setiap akan melaksanakan sholat. Siapa lagi kalau bukan Mas Aji. Dia selalu berjalan sendirian ke arah masjid. Dengan menggunakan sendal yang dibawanya dari ruangan tempatnya bekerja, dan dengan baju lengan panjang yang selalu digulungnya sampai siku, setiap akan melaksanakan sholat. Kharisma dari Mas Aji semakin keluar tatkala dia sudah mengambil air wudhu. Aku pernah melihatnya tanpa sengaja dan itu mampu membuat hatiku semakin terpesona melihatnya.
Mas Aji tepat berjalan di depannku. Rasanya aku ingin menyapanya. Tapi tidak berani kulakukan. Akhirnya aku hanya berjalan saja dibelakangnya. Sambil berharap Mas Aji menoleh dan memanggil namaku.
Tanpa aku sangka, Mas Aji benar-benar menoleh ke arahku karena mendengar gesekan dari suara sendal yang aku kenakan.
"Eh Putri, mau ke masjid po ?" tanya Mas Aji dengan senyum khasnya yang mampu meluluhkan hati ini.
Mataku terbelalak saat Mas Aji menoleh ke arahku dan akupun langsung menghentikan langkahku kearahnya.
"Ahh iya Mas Aji" jawabku singkat saking kagetnya
"Sendirian aja Put ? Oh iya berkas laporan yang udah diverifikasi nanti tolong di bawa ke ruangan mas yaa. Bentar lagi mau closing" tanya Mas Aji
Nah ini yang paling aku sukai dari Mas Aji. Dia orangnya bisa mencairkan suasana. Ada-ada saja yang bisa dibicarakannya.
"Iya mas sendirian aja" jawabku
Jelas saja sendirian, aku kan memang mau nemui kamu mass, jadi ngapain ngajak-ngajak orang lain. Sengaja ingin melihatmu mas. Bisikku didalam hati.
"Okay mas nanti aku bawa semua kekeuangan. Masih ada 6 berkas lagi yang belum diverifikasi mas"
"Banyak juga yaa masih 6 berkas lagi, di mas aja masih banyak yang belum di bawa ke divisi, mana udah mau closing lagi"
"Nah loh, jadi gimana dong mas ?" tanyaku lagi karena penasaran
"Tenang aja, nanti semuanya diusahai sampai ke divisi kok" jawab mas aji meyakinkan
Allahu Akbar...Allahu Akbar ....
Suara adzan pun terdengar. Pembicaraan kami berduapun langsung terhenti dan bergegas menuju ke masjid.
"Eh udah adzan Put, yook cepetan ke masjid"
"Iya mas" balasku dengan senyumanan
Mas kamu itu loh, kenapa sih bisa bikin hatiku semakin jatuh hati berkali-kali denganmu. Padahal apa yang kamu ucapkan dan katakan denganku merupakan hal yang sederhana. Namun mampu membuatku semakin terpesona. Bisikku didalam hati yang terdalam.
*****
Hari demi hari berlalu. Ceritaku selama bekerja di perusahaan ini benar-benar unik. Aku semakin suka bekerja disini. Aku semakin bersemangat bekerja disini. Selain karena partner kerjaku yang super baik, ada seseorang yang selalu menjadi penyemangatku. Meskipun aku hanyalah partner kerjanya dan hanya berani menyukainya secara diam-diam.
Ingin sekali menyebut namanya di setiap sepertiga malam. Namun aku tidak berani melakukannya lagi. Jauh sebelum mengenal Mas Aji, aku pernah melakukannya dan pada akhirnya keinginanku tidak sesuai dengan ketatapan dari Allah SWT. Sehingga sekarang aku lebih memilih meminta petunjuk terbaik dari-Nya.
Didasari karena alasan kerja. Dimana bagianku dan bagian mas aji selalu berkesinambungan. Alhasil antara administrasi kontrak dan keuangan selalu berhubungan. Tidak bisa dipungkiri lagi bila aku dan mas aji sering berbalas pesan. Meskipun hanya sekedar urusan pekerjaan semata. Entah kenapa hanya seperti itu saja sudah mampu membuatku senang bukan kepalang.
*****
Satu jam sebelum jam istirahat, tiba-tiba handphoneku berbunyi. Salah satu pesan masuk dari whatsapp. Ku liriklah siapa yang mengirim pesan tersebut.
"Hah mas aji" desahku dengan nada suara yang amat kecil.
Perasaan semua berkasnya sudah aku kasih deh ke keuangan, apa ada yang salah ya. Bisikku didalam hati sebelum membuka pesan tersebut.
Aku lalu menghentikan sejenak pekerjaanku dan langsung beralih ke handphone, yang sedari tadi berada di meja kerjaku. Lalu aku kliklah pesan tersebut.
Mas Aji : Put nanti pas istirahat, makan siang bareng yok ? bisa ga ?
Mataku terbelalak saat melihat isi pesan dari Mas Aji. Mas Aji tidak pernah seperti ini.
Apa handphone nya dibajak. Pikirku pada detik itu.
Bergegas akupun langsung membalas pesannya.
Putri : Eh mas, handphonenya di bajak ya mas ?
Mas Aji : typing.....
Fast response banget, duh cepet banget dibalesnya. Bisikku
Mas Aji : Enggak put, ini mas yang kirim pesannya
Putri : Seriusan mass ?
Mas Aji : Iyalah put, nanti mau yaa pas makan siang ? pas udah sholat aja ya put, jadi bisa barengan dari masjid
Putri : Iya mas, nanti saling tunggu aja ya
Mas Aji : Okay putri
Aku benar-benar tidak bisa menolaknya. Entah ada angin apa mas aji mengajakku makan. Meskipun makannya cuma di kantin kantor. Namun hal ini mampu membuatku bahagia. Â ****
Setelah selesai sholat, aku menunggu mas aji didepan pelataran masjid. Sambil membuka tutup menu di handphoneku.
"Nungguin ya put, sorry ya lama" sapa mas aji
"It's okay mas" balasku
"Yokk kita makan, mas udah laper nih, makannya dikantin ga apa apa kan, apa mau di luar aja ?" tanya mas aji
"Di kantin kantor aja ga apa-apa mas"
"Ya udah yokk"
Akhirnya tibalah kami berdua di kantin yang dikelola oleh perusahaan ini. Kantinnya sangat bersih dan rapi. Pengelolanya benar-benar mengutamakan kebersihan. Begitu banyak pegawai sudah berada di kantin ini. Saat jam istirahat, kantin ini memang selalu ramai. Kami berduapun duduk di dekat penjual ayam saus tiram.
Mas aji pun mulai membuka percakapan
"Mau makan apa put ?"
"Samain aja dengan pesanan mas" jawabku
"Lah kok gitu, kamu kenapa, pilih aja put mau yang mana"
"Eh engga apa-apa loh mas, aku pengen sama kayak punya mas aja"
"Put kamu ngambek yaa, ga mau makan siang sama mas ya" tanya mas aji dengan muka panik
"Lah kata siapa mas, mana ada, aku engga ngambek loh mas" balasku dengan senyuman dan dengan nada suara sedikit tertawa
"Aduh syukur deh, kirain mas kamu beneran ngambek, sampai menu makannya aja mau disamaiin dengan mas"
Aku hanya bisa tersenyum mendengar apa yang disampaikan oleh mas aji.
Akhinya kami berdua memesan makanan yang sama yaitu nasi dengan ayam saus tiram, ditambah lagi dengan jus alpukat.
Setelah beberapa menit berlalu. Akhirnya kami berduapun selesai makan, dan mas aji tiba-tiba memanggil namaku lagi.
"Puttt" sapa mas aji dengan pandangan yang kali ini menunduk, dengan jari tangannya memutar-mutar sedotan.
Duh jangan bilang mas aji engga bawa dompet lagi. Lah aku sendiri cuma bawa handphone doang ini. Bisa malu kalau dompetnya ketinggalan. Kami berdua benar-benar tidak bawa uang. Kacau ini. Pikiran negatifku pun bermunculan.
"Iya mas, kenapa, ada apa ?" tanyaku cepat-cepat saking penasaran, karena raut mukanya benar-benar berbeda dari sebelumnya
"Mas mau tanya sama kamu, putri beneran mau serius ini ?"
Mataku terbelalak mendengar apa yang diucapkan oleh Mas Aji. Hatiku seketika itu dag dig dug dibuatnya.
Lah ternyata bukan soal dompet toh. Bisikku di dalam hati.
"See ...see...serius gimana mas maksudnya ?" jawabku, dengan nada suara sedikit gemetaran.
"Putri beneran serius mau jadi pendamping hidup mas ? yaa sebagai calon istri mas ?"
Apaaaaa. Teriakku didalam hati.
Ya allah ini beneran kan, ini nyata kan, ini bukan mimpi kan. Bisikku lagi didalam hati
"Mas kamu engga becandain aku kan ?" tanyaku lagi meyakinkan.
Mas Aji malah tersenyum mendengar apa yang aku ucapkan. Senyuman khasnya semakin menjadi-jadi dan membuatku semakin salah tingkah dibuatnya.
"Yoo engga loh yaa put, ngapain mas mau becanda soal begituan" Dengan masih tetap tersenyum.
Ini kenapa, ini kenapa nanyanya disaat seperti ini. Kan aku jadi salah tingkah loh mas. Bisikku lagi didalam hati.
"Aku jawabnya dengan serius loh mas"
"Terus apa jawabannya ?"
"Sedari awal setelah lulus kuliah, aku memang sudah ingin mencari yang serius mas, mencari pendamping hidup. Itulah kenapa aku sudah tidak ingin berpacaran lagi mas. Pacaran tanpa kepastian rasanya sangat melelahkan mas"
"Kalau mas tanya mau atau engga, aku jawab mau mass" Lanjutku
Kali ini mukaku pasti terlihat sangat memerah dan aku hanya berani menundukan pandangan. Setelah mengucapakan kata mau.
"Yesss" balas mas aji dengan tetap tersenyum dihadapanku.
*****
Begitulah jalan cerita hidup. Jalan cerita bertemu jodoh. Kalau memang dia diperuntuhkan untuk kita. Kalau dia memang jodoh kita. Pasti Allah akan memberikan jalan bagi kita untuk bertemu dengannya. Meskipun ia sebelumnya berada jauh dari kita. Semuanya sudah digariskan oleh Allah SWT.
Ada dua pesan dari Bapak Presiden ketiga Republik Indonesia, yaitu Bacharuddin Jusuf Habibie. Bagiku pesan yang disampaikannya benar-benar bermakna dan selalu terkenang di hati.
"Tak perlu yang sempurna, cukup temukan seseorang yang selalu membuatmu bahagia dan membuatmu lebih berarti dari siapapun - BJ. Habibie"
"Kalau memang dia dilahirkan untuk saya, sampai kamu mau jungkir balikpun tetap saya yang dapat - BJ. Habibie"
- The End -
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H