Adzan Subuh telah berkumandang, kami bergegas menunaikan sholat subuh berjamaah. Kemudian kami lanjutkan dengan briefing kegiatan sekaligus melaksanakan evaluasi untuk peningkatan acara selanjutnya. Kami bergegas untuk bersiap-siap dan memastikan kelengkapan alat dan bahan untuk kompos. Pelatihan pembuatan kompos dilaksanakan sekitar pukul 10.00 WIB, tepat setelah para santri melakukan kegiatan kerja bakti untuk membersihkan lingkungan. Setibanya kami di pondok pesantren, kami menyaksikan kerjasama para santri untuk membersihkan lingkungan, pemandangan yang membuat kami ikut bernostalgia ketika berada di usia mereka tentu kami pernah melaksanakan kerja bakti dengan sistem gotong-royong yang menjadi salah satu ciri bagian dari budaya masyarakat Indonesia.
Sembari menunggu kegiatan mereka selesai, kami menyiapkan peralatan dan bahan pengomposan yang kami sediakan menjadi empat bagian di halaman yang cukup luas berada tepat di depan masjid. Setelah cukup melakukan kerja bakti, pengurus mengajak para santri untuk berkumpul di halaman yang tepat berada di depan masjid. Kegiatan kali ini dibuka dengan mengumpulkan para santri dan membagi menjadi empat kelompok yang terdiri atas dua kelompok santriwati dan dua kelompok santriwan. Selanjutnya penyampaian mengenai tata cara melakukan pengomposan dan memperlihatkan sampel hasil uji coba pengomposan yang kami lakukan sebelumnya. kepada para santri. Selanjutnya setiap anggota telah memiliki tanggung jawab masing-masing menjadi koordinator pada setiap kelompok. Pembuatan pembuatan pupuk kompos dimulai, para santri sangat aktif dan tanggap dalam melaksanakan pelatihan. Usai melaksanakan acara kami mengumpulkan para santri untuk mengucapkan hal teknis selanjutnya untuk memantau pengomposan dalam beberapa waktu kedepan. Turut kami ucapkan terima kasih atas dan apresiasi terhadap partisipasi aktif para santri selama program penyuluhan hingga pelatihan kompos hari ini. Â Acara pelatihan pembuatan pupuk kompos telah selesai pada pukul 12.00 WIB.Â
Setelah melaksanakan pelatihan, kami berdiskusi bersama para pengurus pondok terkait kegiatan penutupan acara. Hasil diskusi menetapkan beberapa keputusan diantaranya kami melaksanakan acara penutupan pada pukul 20.00 WIB dengan susunan acara yang telah disepakati bersama. Selain berdiskusi terkait konsep acara penutupan, kami sempat berbincang bersama pengurus mengenai pondok pesantren. Mereka menuturkan bahwa pondok pesantren Al-Qur’an Safiinatunnaja telah memiliki badan usaha sebagai salah satu bentuk kegiatan untuk memberdayakan santri. Terdapat beberapa kegiatan usaha yang telah digarap seperti produksi kasur tidur, budidaya ikan tawar, dan cucian motor sebagai jembatan pelatihan santri. Mendengar ungkapan mereka tentu membuat kami sangat berkesan akan nilai kemandirian dan wirausaha yang ditanamkan kepada para santri. Kesempatan diskusi ini kami manfaatkan untuk menawarkan hasil pembuatan pupuk kompos para santri agar dapat dijual di pasaran dan menjadi salah satu bidang komoditi tambahan untuk pengembangan usaha santri. Apalagi jika dipertimbangkan pondok pesantren ini memiliki limbah organik dari dapur yang cukup banyak. Alangkah baik apabila dapat dimanfaatkan menjadi barang yang ramah lingkungan, bernilai jual, dan berguna bagi budidaya tanaman. Mengingat lokasi pondok pesantren yang cukup strategis untuk memasarkan pupuk kompos kepada para petani setempat.Â
Malam hari telah tiba, acara penutupan sebagai penanda berakhirnya rangkaian program pengabdian dari tim Tangkas di pondok pesantren Al-Qur’an Safiinatunnaja. Acara penutupan diawali dengan kata sambutan sekaligus ucapan terima kasih, permohonan pamit, dan permohonan maaf yang disampaikan oleh ketua tim yakni Alya. Acara selanjutnya mendengarkan sambutan dari Ustadz Yahya selaku pengasuh pondok pesantren, beliau menghimbau kepada kami semua khususnya generasi muda untuk terus aware mengenai isu sanitasi lingkungan baik personal hygiene dan pengelolaan limbah, agar ilmu yang telah disampaikan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi habit positif untuk diteruskan ke anak cucu kelak, dalam rangka membangun lingkungan negeri yang lebih sehat dan sejahtera. Acara berlanjut dengan mendengarkan kesan dan pesan dari perwakilan santriwan dan santriwati. Hal yang dapat di highlight dari penyampaian keduanya adalah kebermanfaatan yang mereka rasakan dengan penambahan wawasan baru terkait edukasi penerapan personal hygiene dan pemahaman penanganan terkait penyakit menular yang biasa terjadi di lingkungan pondok pesantren dan pentingnya menerapkan kebiasaan pemilahan limbah, serta manfaat pelatihan pembuatan pupuk kompos. Acara berlanjut dengan penayangan video edukasi pentingnya pengelolaan limbah dan dampak negatif yang terjadi pada bumi akan pengaruh pengelolaan sampah yang tidak tepat. Kemudian kami menayangkan video aftermovie yang menayangkan kumpulan visualisasi rangkaian kegiatan program penyuluhan sanitasi. Acara penutupan diakhiri dengan pembacaan doa oleh ustadz Yahya dan ditutup oleh MC.
Setelah melaksanakan acara penutupan, kami melaksanakan serah terima alat-alat penunjang keberlanjutan program sanitasi untuk pondok pesantren. Kami memberikan dua buah tong sampah yang terdiri atas tiga tempat pemilah sampah yakni organik, anorganik dan B3, hal ini ditunjukkan agar para santri dapat mengelola sampah dengan baik sesuai dengan jenisnya untuk mempermudah daur ulang sampah. Selain itu, terdapat sabun cuci tangan untuk mendukung program CTPS (cuci tangan pakai sabun), serta handuk tangan. Untuk mendukung keberlanjutan program pembuatan pupuk kompos, kami juga memberikan alat-alat dan bahan penunjang seperti ember, pisau, EM4, dan molase.Â
Keesokan paginya, yang menjadi hari terakhir pengabdian masyarakat tim Tangkas di Kalibeber. Hari Sabtu, 28 Juli kami memfokuskan pada acara penyuluhan pengelolaan limbah minyak jelantah dengan sasaran ibu PKK di RT.01/RW.08 yang akan dilaksanakan mulai pukul 16.30 WIB bertepatan dengan agenda bulanan pertemuan ibu PKK. Mulai dari pagi hingga siang hari kami mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan seperti parafin wak, minyak aroma terapi, wadah kue basah sebagai cetakan, benang jagung sebagai sumbu. Setelah memastikan kelengkapan acara kami lanjut melakukan uji coba pembuatan lilin aroma terapi. Pada percobaan pertama, benang yang kami pakai ternyata kekecilan, sehingga mengharuskan kami mencari benang yang berukuran lebih besar. Puas mengitari toko-toko yang ada di sekitar Kalibeber namun, sayang kita tak jua menemukan benang yang tepat. Alhasil atas usul dari salah satu anggota akhirnya kami menggunakan cotton bud, yang dipotong menjadi dua bagian kemudian dijadikan sebagai alternatif pengganti sumbu. Kepusingan kami kini usai, akhirnya lilin buatan dapat menyala dengan sumbu baru itu.Â