Mohon tunggu...
Desi Desi ayu
Desi Desi ayu Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mambaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pandangan Pribadi Disleksia

20 November 2023   19:12 Diperbarui: 20 November 2023   19:31 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PANDANGAN PRIBADI-DISLEKSIA

Arti Disleksia 

Disleksia mengacu pada orang yang mendapatkan kesulitan untuk mengenali huruf dan kata yang kemudian mempengaruhi kemampuan mereka dalam membaca dan mengeja serta kemampuan mereka dalam menulisakan buah pikirannya diatas kertas. Kadang-kadang mereka juga mengalami kesulitan dengan angka. Hal ini sering terjadi dalam suatu keluarga dan ternyata lebih banyak terjadi pada anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan, dengan perbandingan lima di banding tiga. Walaupun demikian, agaknya hal ini terjadi karena anak laki-laki gampang diamati dibandingan dengan anak perempuan, mengingat perilaku anak laki-laki mudah memperlihatkan gejala frustasi terhadap hasil belajar mereka, sedangkan anak perempuan gejala ini sukar diamati karena mereka cenderung menutup diri. 

Disleksia bukan disebabkan oleh keterbelakangan intelektual, kerusakan organik, faktor emosional, atau kecemasan, demikian pula bukan karena faktor eskternal misalnya karena sakit, cara mengajar yang salah, atau pertengkaran keluarga. Secara umum disleksia dipahami sebagai akibat neurologis ( ganguan saraf ) dimana beberapa bagian dari otak tidak bekerja secara efisien untuk memproses bahasa yang tertulis. Selanjutnya, hal ini mempengaruhi orang tersebut terhadap kemampuannya untuk memehami bahasa yang tertulis seumur hidupnya. Tentu saja orang yang mengalami disleksia akan mengalami kesulitan dalam menampilkan potensi intelektualnya secara penuh, dalam arti pencapaian akademik secara formal. Untuk mencapai hal itu, penderita disleksia perlu mengembangkan untuk mengompensasi kekurangannya tersebut atau menerima kekurangannya apa adanya, karena betapa pun mereka tidak dapat terbebas dari keadaan tersebut.

Gambaran Variabel Tentang Disleksia

Dari pengalaman diagnosa atau hasil identifikasi dapat disimpulkan bahwa anak yang mengalami disleksia memang menunjukkan penampilan yang berbeda. Beberapa anak mengalami kesulitan dalam pengucapan secara mendasar, sulit memadankan lambang dengan bunyi huruf, atau memadankan simbol yang terlihat secara visual dengan bunyi yang dilambangkan. Beberapa anak sulit mengatur bunyi secara berurutan atau memadukannya untuk membentuk kata tertentu. Bahkan, kalaupun mereka dapat mengenali bunyi suatu kata, mereka membaca dan menulis kata tersebut dengan urutan bunyi dan menulis kata tersebut dengan urutan atau bunyi  yang salah. Boleh jadi mereka menghilangkan atau menambahkan bunyi atau suku kata pada kata, atau menambah kata yang tidak perlu pada suatu kalimat. Ada pula anak-anak yang sering tertulis dan secara umum mudah terlihat. Secara lisan pun mereka sering kali mendapat kesulitan dalam menemukan kata-kata untuk melukiskan pikiran mereka, atau sulit mengucap kata yang terdiri dari deretan suku kata yang panjang. Kesulitan ini, akan jauh lebih berat meraka rasakan bila mereka harus menuangkan pokok pikirannya secara tertulis.

Sebagai akibat dari kesulitan memecahkan simbol dan kesulitn mengingat ini, anak-anak tersebut hanya akan menebak-nebak kata-kata berdasarkan bunyi pertama, suku kata dalam kata, penampilan kata, atau konteks cerita, tanpa memperhatikan faktor-faktor yang berkaitan dengan huruf sebagai simbol bunyi. Strategi umum untuk menghindari kesalahan adalah dengan membaca kembali ke frasa-frasa yang tertulis, yang juga teramat sulit bagi anak-ana penderita disleksia. Karena mereka membaca kata demi kata ( bahkan huruf demi huruf ) maka mereka tampak lamban, sulit berbicara, kehilangan ekspresi, dan tidak mengindahkan tanda baca. Dengan kondisi semacam itu tidaklah mengherankan jika pemahaman atau pengertian mereka terhadap apa yang mereka baca sangat kurang.

Masalah yang dirasakan oleh anak-anak penderita disleksia ialah bahwa proses mekanik untuk mengurai simbol tidak terjadi secara otomatis, oleh karena itu mereka berkonsentrasi penuh pada mekanisme, sehingga untuk mengingat hanya tertinggal sedikit energi saja. Sama halnya bila kita sedang mengemudikan mobil, namun konsentrasi kita hanya tercurah pada tongkat roda gigi, padahal kita seharusnya lebih memperhatikan sesama pengemudi dan melihat pemandangan yang kita lalui. Dengan demikian, kita akan mengemudikan kendaraan dengan pelan, melelahkan, menjengkelkan, sama halnya dengan penderita disleksia yang sedang membaca.

Tugas menulis menimbulkan masalah yang jauh lebih besar dan merupakan beban yang lenih berat lagi bagi anak yang mengalami gangguan disleksia. Mereka tidak hanya harus bekerja keras mengenali suara mana yang terdapat pada suatu kata dan huruf seperti apa yang bisa membenttuk bunyi itu, tetepi mereka juga harus mempelajari bagaimana membuat huruf dengan pencil. Ini merupakan tugas berat dimana orang harus mengintragrasikan indra penglihatan, bunyi, dan gerakan, bagi orang yang tidak mengalami disleksia merupakan hal yang biasa. Bagi pendertita disleksia, menyalin langsung dari papan tulis atau dari buku pun merupakan suatu yang menimbulkan frustasi. (dikutip dari buku Bagaimana Memotivasi Anak Belajar hal : 83-87).

PENGALAMAN SAYA SELAMA MENGAJAR

Selama saya mengajar saya pernah mengamati seorang anak dari yang mula nya saya mengajar dia berumur sekitar 6 tahun dan sekarang 8 tahun itu sama sekali tidak mengalami perkembangan. Yang saya kira itu wajar karena umurnya yang masih anak-anak berusia 6 tahun, tapi setelah saya bertemu kembali dengan anak tersebut di usia 8 tahun tetap tidak ada perkembangan. Saya pernah memberikan tugas menulis dimana saya mencontohkannya di papan tulis kemudian saya perintahkan anak-anak untuk menulis kembali, setelah saya mengamati tulisan dari anak tersebut saya merasa ada yang janggal dari tulisan anak tersebut karena tulisan anak tersebut benar-benar tidak bisa dibaca. Tulisan nya arab semacam dia hanya menggambar garis-garis seperti benang, dan dia menulis tidak diatas garis, melainkan tepat di garis tengah. Tulisan abjad pun juga terbalik-balik seperti sulit untuk mengenali huruf. Dan ketika dia membaca pun seperti sulit untuk mengenali huruf-huruf hijaiyah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun