"Perasaan kamu aja kali.."jawab gua berbohong.
"Tapi bukan kali ini aja, Bang. Hampir setiap orang bersikap begitu sama gua, Bang.."
"Masa sih?"Gua belaga ga tau kenyataan yang sebenarnya.
"Iya, Bang..Beneran! Apa karena gua ini jelek dan hidung gua pesek ya, Bang? Jadi mereka serasa melihat hantu kuntilanak bangkit dari kubur.."Kali ini kata-kata itu keluar dengan sedikit nada kesedihan yang membuat gua semakin gak enak untuk berkata jujur.
"Kamu manis,"kata gua.
Muka Iin langsung merah gosong, persis pantat penggorengan yang kelamaan berada di atas kompor. "Ah, Abang... Ja-di maluu.."ucap Iin malu-malu. Gua bergidik ngeri. Bulu kuduk langsung berdiri. Hiiiii...
Kemudian, gua melihat seorang anak kecil sedang asik duduk sendirian. Ia melambaikan tangannya kepada kedua orangtuanya yang berada tidak jauh dari tempat ia duduk. Senang sekali bocah itu sepertinya. Tapii...
Rasa takut diri gua mulai tumbuh, sebab tahu hal buruk apa yang akan terjadi ketika Iin melihat seorang anak kecil. Oh, Tuhan..Please, jangan biarkan si Iin mendekati bocah itu. Pleaseee...! Mudah-mudahan apa yang gua takutkan tidak terjadi. Tapi sialnya, Iin malah langsung berlari mendekati anak kecil itu sambil tersenyum senang dan merasa gemas. Ah, kejadian deh!
"Hal-lo, Adek Keciilll... Namanya siapa?"tanya Iin sambil mencubit pipi bocah itu.
Bocah itu menatap Iin sesaat dengan pandangan ngeri. Tidak lama kemudian ia bangkit dari duduknya dan langsung berlari menghampiri orangtuanya sambil menutup hidungnya. Ah, kejadian deh!
Dan benar saja, ketika bocah itu sudah bersama orangtuanya. Tiba-tiba saja bocah itu muntah-muntah. Membuat panik kedua orangtuanya, yang sesekali menatap Iin dengan pandangan heran. Iin diam terpaku memandang bocah itu dengan pandangan sedih. Gua menghampiri.