DC mengangguk.
" Okelah, kalau tak ada  yang menguatirkan, aku permisi. Ada tugas yang harus kukerjakan." Kata Zee sambil berdiri. Botol Pucuk dibawanya.
" Sampaikan salamku pada Zeuss, makasih atas perhatiannya. Kalau butuh bantuan, aku pasti memencet tombol bantuan di arlojinya." Kata DC.
Zee mengangguk sambil berjalan keluar. DC mengantar hingga ke pintu. Zee menyambar helemnya, sekali lagi terdengar suara cklak, lalu Zee berada di atas motor dan menghilang dari pandangan.
DC tersenyum lega. Hatinya bertanya-tanya, kenapa Zee datang padahal ia tidak memencet tombol  arloji? Apa masa lalu Belani tersangkut sesuatu dengan Zeuss ?  Apa Zee sering melihat Belani yang sedang berdiri di atas jembatan sambil menatap ke arus kanal? Pertanyaan itu membuatnya bertambah penasaran.
Inovanya agak berdebu gara-gara 3 hari berturut turut  parkir di pinggir jalan, DC meminta salah satu relawan  membawanya ke carwash. Ia berjalan masuk dan lupa sedang ditunggui Dewi Not di pintu masuk.
Dewi Not menunggu di depan pintu sambil menyandang rantang, tersenyum menyambut ke datangan DC.
" Ahh, bubur kesukaanku. " DC menyambar rantang yang diulurkan Dewi Not. Entah kenapa ia sangat bernafsu memakan bubur kacang hijau.
" Mana hape ?" tanya Dewi Not.
DC tanpa ragu menyerahkan hape, Â mengatakan ada foto Belani di album klien baru. Lalu ia membawa rantang ke pantri. Ia makan dengan lahap. Satu mangkok disisakan buat siang nanti.
Ia trading sendirian. Dewi Not menghilang ke lantai 3, sedangkan DS dan DA menghilang entah ke mana. DC berjalan ke ruang kerja Desen.