" Tentu setiap hari dia mendatangimu, membeli gorengan, ngobrol sebentar, lalu kembali mengawasi pekerja." Â
" Ya, itu secebis kisah keromantisan kami. Dia bertanya di mana rumahku, kenapa berjualan, kenapa tidak sekolah. Kujawab aku sudah tamat SMA, tidak punya biaya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. "
" Apa katanya?"
" Dia bercerita, PT Hasana Damai Putra, pengembang Kota Harapan Indah sedang berencana membangun pusat perbelanjaan dengan konsep one stop shoping. Beberapa tenan telah menyatakan bersedia membuka cabang di Kota HI. Beberapa diantaranya Carefour, Giant, Big Market, dan Ramayana. Dia mengatakan, jika aku berminat bekerja sebagai karyawan di salah satu supermarket tersebut, dia akan membantu menyampaikan surat lamaranku pada manajemen supermarket-supermarket tersebut."
DC tersenyum dalam hati. Adnan pasti jatuh hati pada gadis penjual gorengan, kagum pada kerajinan Belani, namun malu sebagai kontraktor menikah dengan penjual gorengan, sengaja mencarikan pekerjaan yang lebih bergengsi buat calon pacarnya.
" Sudah hampir malam. Aku ingin mentraktirmu makan. Bersedia kutraktir, Dewa Cinta ?" tanya Belani tiba-tiba.
" Tentu. Aku juga sudah lapar. "
" Di sana. Bersedia ?" Belani menunjuk ke sebuah warteg yang di depanya tertulis Warteg Bahari.
" Gak masalah. Aku sering kok makan di warteg, " DC tak pernah memilih tempat makan kalau sudah kelaparan. Keduanya bergerak ke pinggir jembatan, menyeberang, dan masuk ke  warteg.
" Nasi pakai tumis kangkung plus ikan lele, Mas." Belani memesan pada pemilik warteg. " Silahkan memesan, Dewa Cinta." Ucap Belani.
" Nasi pakai gulai kacang panjang, tempe goreng, dan sepotong ayam goreng." DC memutuskan setelah mengamati deretan masakan di dalam etalase. Setelah memesan, ia menatap Belani.