Dewi Not memainkan bola matanya seakan diberi pertanyaan sulit. " Berarti itu tadi bukan kontak pertamamu dengannya ?" tanya Dewi Not.
DC menggeleng.
" Benaran dia melompat ?" tanya Dewi dengan nada tak percaya.
" Menurutku sih dia melompat. Tapi, saat kutolong, sampai kuminta seseorang memberinya pernafasan buatan, dan dia siuman, dia mengaku dia terpeleset. "
" Kenapa meminta seseorang? Bukankah kamu bisa melakukan pernafasan buatan?" tanya Dewi.
" Dia wanita. Setelah kutolong kami berada di pinggir BKT, ada beberapa penonton, lumayan banyak sih, mungkin belasan. Kebetulan ada wanita ya kumintai pertolongan."
Dewi Not tersenyum, " Tampaknya kamu semakin bijak. Tak langsung main sambar  kayak dulu, " puji Dewi Not.
" Setelah berpisah dengan Cherina, aku mulai merasa selama ini aku terlalu melalaikan perasaannya. Kurasa, dulu, kalau dia melihatku terlalu baik pada wanita, dia pasti cemburu. Hanya, dia pintar menjaga sikap. Lebih suka membiarkan ketimbang mencari perkara. Aku tak ingin dia mengalami yang seperti itu lagi." Oceh DC.
Dewi Not mengacungkan jempol. " Ada kemajuan. Bagus untuk image seorang Dewa Cinta. Jadi, setelah kamu tolong, Belani mengaku dia terpeleset ?"
DC mengangguk. " Beberapa hari kemudian, kami bertemu secara tak sengaja. Ternyata dia kasir di Bigmarket."
" Lanjut," pinta Dewi.