Saat tiba di kantor, Dewi Not sudah nongkrong di kursi panas, sedang bersiap memasang saham buat dijual. DC ikut memasang beberapa saham buat dijual yang dianggap sudah menguntungkan, dan memesan beli beberapa saham yang dianggap undervalue akibat dibuang investor panik.
" Pulang jam berapa kemarin, Dewi ?" tanya DC setelah melaksanakan tugasnya.
" Dua belas," jawab Dewi Not, menutup layar trading, mengganti dengan mesin pencari google untuk mengecek harga diskon barang.
" Dapat sesuatu ?" tanya DC.
" Masih terlalu dini. Febriyanti bertanya tentang kamu. Tampaknya ia bertanya kesana sini, dan mulai mengagumi ketenaranmu."
" Listi pasti sudah bercerita banyak pada ibunya, tentangku yang serba negatif, gara-gara aku mengatakan Listi sudah punya pacar dan ibunya mendesak ingin bertemu pacarnya."
" Terkadang aku menilai cara yang kamu gunakan terlalu licik, agak menyimpang dari kenormalan, tapi entah kenapa selalu berhasil. Apa kali ini kamu punya keyakinan menjodohkan Listi dengan DT ?" tanya Dewi Not.
" Selain DT, di luar banyak relawan muda yang bisa membahagiakan Listi. Tidak harus DT." DC menjawab santai.
" Mulai psimis ?" Dewi Not mengerutkan kening.
" Bukan begitu. Listi mungkin tertarik mencoba, aku kuatir DT yang tidak  memberinya kesempatan."
Dewi Not tersenyum kelu, bersenandung dengan lagu Cinta Pertama. DC membiarkan. Ia memeriksa hape. Terdapat sebuah chat dari nomer baru di WA