Semua langsung memanas, bergolak, larut dalam kepungan sound yang garang dan berat. Getaran bass Reginald "Fieldy" Arvizu, distorsi James "Munky" Shaffer dan Brian "Head" Welch tak ragu merobek kesunyian langit malam. Harusnya saya mengikuti irama, meresapi kobaran sensasi nu metal tapi tubuh berkata lain.Â
Tanpa menunggu detik, badan saya terombang-ambing, terbawa arus suka cita massa, terdorong dari segala arah, dengan rapatnya.Â
Saya merasa mulai kehabisan nafas, megap-megap bak Finding Nemo. Saya menengadahkan kepala, mencari-cari. Udara menjadi sesuatu yang ingin saya temukan saat itu.Â
Melihat gelagat saya, B segera berusaha mengeluarkan saya dari kerumunan. Ia menarik tubuh saya sembari berteriak "Minggir! Minggir!" yang tentunya kalah saing sama gebukan tajam drum David Silveria dan suara sang vokalis Jonathan Davis yang kala itu sudah sibuk teriak-teriak di atas panggung.Â
Tapi akhirnya usaha si B berhasil. Penonton di sekitar saya mulai menyadari kalo saya sedang diselamatkan. Mereka pun langsung berhenti jingkrak, kompak mulai membuka jalan untuk saya sambil saling berteriak,"Minggir! Minggir! Ada cewek mau pingsan!"
Lainnya pun segera ikut menimpali, "Cewek, woi, cewek, kasih jalan!" Huahahaha, haduh saya jadi ngakak sendiri kalau ingat itu.Â
Saya rasa, saya beruntung banget. Sepintas saya lihat kala itu, mereka benar-benar memastikan dahulu hingga saya berhasil keluar dari arena dengan selamat setelah itu mereka lanjut lagi 'bergoyang' dalam alunan buas Korn.Â
Andai mereka adalah penonton yang mau seenaknya sendiri, tidak ada rasa kebersamaan, tidak peduli sekitarnya, mungkin hal yang lebih buruk bisa saja terjadi. Para penonton dan fans Korn malam itu pokoknya the best!
Setelah digeret keluar kerumunan, para petugas medis yang berjaga-jaga dengan sigap langsung membawa saya ke sebuah ruangan yang didedikasikan untuk mereka yang angkat tangan, menyerah di arena konser.Â
Begitu masuk, saya kaget ternyata sudah banyak penonton yang KO duluan, semuanya perempuan. Saya pun dibaringkan di lantai, langsung dipasangi masker oksigen. Waaahh rasanya lega dan tentram bangett. Itu adalah kali pertama saya merasakan memakai masker oksigen. Sedikit demi sedikit saya akhirnya merasa 'bernyawa' lagi.Â
Ketika tubuh agak enakan, saya diperbolehkan keluar dan kembali masuk arena konser. Berjalan gontai sembari menggenggam botol kecil air mineral pemberian petugas medis, mau tak mau kali ini saya harus menonton di belakang yang sedikit lengang, menyaksikan hingga kelar perhelatan sebuah band besar sembari menikmati semilir angin malam, mereguk udara segar.Â