Saya tidak ingat apakah saat itu kami harus menukar kupon dengan tiket terlebih dahulu atau tiket fisik sudah di tangan, lupa deh, sudah 18 tahun yang lalu soalnya.Â
Berdiri dan terus berdiri, menyaksikan hari yang semakin sore hingga malam yang akhirnya menyapa, tak terasa antrian dalam sekejap mengular. Saya mulai merasa capek. Pundak seperti rontok karena sembari memanggul tas gemblok. Ketika akhirnya gerbang dibuka, kami semua langsung berhamburan masuk, teriakan "Korn!", "Korn!", "Korn!" tanpa henti bergema.Â
Semua berlari sekuat tenaga, heboh, cepet-cepetan menuju spot menonton yang diinginkan. Akhirnya saya berhasil dapat tempat kira-kira tiga baris dari depan.Â
Sekeliling saya segera memadat. Saya perhatikan para penonton Korn kebanyakan adalah anak-anak seumuran saya. Semua tertib. Bisa saya lihat semua yang datang saat itu memang ingin menonton, have fun, menghargai musik dan para musisinya.
Harus berdiri lagi lumayan lama menanti acara dimulai, kami disuguhi dahulu lagu-lagu ngetop seperti Like A Stone milik Audioslave melalui deretan speaker super jumbo sebelum akhirnya /rif yang ditunjuk sebagai band pembuka naik ke atas pentas dan mulai menggebrak.Â
Sampai sini tenaga saya semakin terkuras akibat berdiri yang terlalu lama, perut kosong merintih dan terbungkus rasa haus.Â
Saat itu saya merasa nggak akan bisa bertahan sampai acara habis. Si B sudah berkali-kali mengusulkan untuk pindah ke belakang saja yang agak lengang karena ia lihat saya sudah mulai kelelahan.Â
Menurutnya, menonton di bagian paling depan biasanya bakal terdorong-dorong dari segala arah, bisa tergencet jika semakin parah tapi omongannya itu saya cuekin, hehe.
Menyaksikan permainan /rif yang dirasa tak kunjung kelar, para penggemar mulai nggak sabar mau langsung mencicipi menu utama.Â
Biar nggak bete, sekelompok penonton di dekat saya iseng melontarkan aneka guyonan ringan yang bikin saya senyum-senyum.Â
Akhirnya setelah /rif pamit, sudah lewat banyak dari jam tujuh malam, sang headliner yang gagah-gagah itu segera menampakkan batang hidungnya diikuti gemuruh sorak-sorai tepuk tangan. Korn pun menggeber tembang pembuka (saya lupa lagunya).Â