Saat itu semua orang seperti kelaparan berbondong-bondong menyerbu berbagai warung makanan yang ada. Tak ketinggalan para pengamen pun memanfaatkan momen itu dengan harapan membawa pulang sesuap nasi. Alunan tembang rock lawas mancanegara yang disetel dengan volume kencang dari sebuah lapak DVD bajakan riuh bergema menjadikan tempat berjualan tersebut terasa lebih semarak. Sempat kulihat beberapa anak muda sibuk melihat-lihat aneka kepingan bundar berbungkus plastik yang digelar seadanya itu.
Aku berjalan masuk ke warung Mas Mul lalu duduk tak jauh dari tempat orang-orang berlalu lalang keluar masuk. Seorang anak buah Mas Mul menghampiri untuk mencatat pesananku. Setelah ia berlalu, iseng-iseng aku melempar pandanganku ke seluruh isi tenda, menyaksikan kegembiraan keluarga makan bersama atau beberapa pasangan kekasih yang duduk berdempetan menikmati pecel lele bagai dunia milik berdua. Rasa rindu akan Gugun mulai bertalu-talu.
Crek.. kecrek.. kecreekkk...
"Aku tak mau jikalau aku dimadu, pulangkan saja ke rumah orangtuaku...."Â
Suara cempreng perempuan dengan kecrekan bututnya itu hadir lagi menyanyikan lagu Tak Mau Dimadu duet Elvy Sukaesih dengan Mansyur S. Seperti waktu itu, ada saja beberapa pria yang menggodanya dengan siulan maut. Namun kali ini perempuan itu memilih untuk tak menggubrisnya. Harus kuakui parasnya memang ayu, tubuhnya padat berisi dengan kulit sawo matang, bermata bulat serta bibirnya yang agak tebal dipulas gincu berwarna merah menyala.
"Terima kasih, Kak Cantik." ucapnya senang setelah aku memberinya uang.
"Namamu siapa?" tanyaku.
"Noni." ia menjawab singkat. Aku buru-buru menghentikan langkahnya ketika kulihat ia hendak beranjak pergi.
"Noni, Gugun masih ngamen di sini, nggak?"
"Bang Gugun Rocker? tanyanya sambil memasukkan kecrekan ke dalam tas kecilnya yang sudah bolong-bolong. Aku mengangguk.
"Dia dah gak ada, Kak." ucapnya pelan.