"Ya," jawabmu.
Aku tersenyum. Kau pun tersenyum. Mata kita saling bersorak. Bertepuk tangan. Hati kita berteriak gembira.
Sekarang giliran tangan menunaikan tugasnya. Tanganku meraih kotak kecil yang ada di antara kita. Membuka tutupnya dan mengeluarkan isinya. Sebentuk cincin pertunangan. Dan tanganku meraih tanganmu yang mungil. Begitu lembut dan dingin.
Jari tanganmu, pelan tapi pasti, meluruskan dirinya. Tidak satu demi satu tapi bersamaan. Dan tanganku pun melakukan yang harus dilakukannya. Dia memasukkan cincin itu ke jari manis tangan kirimu.
"Indah sekali. Cocok," Begitu kata mataku sementara mulutku sudah tidak sanggup lagi menunaikan tugasnya.
"Iya," balas matamu.
Sementara itu mulut kita hanya mampu tersenyum, karena hanya itu yang bisa dilakukannya dengan tenaganya yang tersisa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H