Mohon tunggu...
denny pranolo
denny pranolo Mohon Tunggu... -

Seorang editor di sebuah penerbitan di bandung, seorang penerjemah dan penulis. Seorang penggemar karya sastra yang tidak biasa, dan kadang2 suka narsis sendiri dan seorang Sherlock Holmes maniak.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lamaran Tanpa Kata

7 Agustus 2010   02:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:15 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Kau tampak cantik hari ini," kata mataku lagi.

"Terima kasih," jawab matamu. Matamu berkedip beberapa kali.

"Kenapa?"

"Tidak apa. Cuma kelilipan."

Mata kami kembali diam. Sekarang giliran hati kami yang bicara. Menyamakan ritme detak jantung kami yang semakin tidak beraturan.

"Kau tegang?" tanya matamu.

"Sedikit," jawab mataku. "Mari kita selesaikan saja."

"Baiklah."

Aku melirik jam tanganku.

Sekarang tepat tujuh belas menit sejak mulutku selesai menunaikan tugasnya. Menyampaikan isi hatiku. Tepat tujuh belas menit sejak mata kita mengambil alih tugas mulut kita dan berbicara tanpa kata. Tepat tujuh belas menit sejak hatiku dan hatimu berdegup lebih cepat. Tepat tujuh belas menit sejak kita saling diam di tengah kerumunan manusia ini. Tepat tujuh belas menit sejak pelayan itu datang membawakan pesanan kita. Dua gelas teh manis panas. Dan tepat tujuh belas menit sejak kita membiarkan teh manis panas itu kehilangan panasnya dan menjadi dingin.

"Jadi?" akhirnya mulutku terbuka dan mengeluarkan satu kata yang mengakhiri tujuh belas menit tanpa kata ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun