Mohon tunggu...
Deotri Totonafo Saro Gulo
Deotri Totonafo Saro Gulo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Politik

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Adat, Perbaiki atau Bubarkan?

2 Februari 2022   16:00 Diperbarui: 2 Februari 2022   18:12 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dan kedua aturan negara atau aturan pemerintah, di beberapa ajaran agama posisi pemerintah begitu penting dan kita diwajibkan menaati nya bahkan di ajaran agama kristen pemerintah disebut sebagai Wakil Tuhan di dunia. 

Nah sedangkan adat ini bukanlah siapa-siapa dihapadan Tuhan, dan karena hal itu kiranya janganlah adat mencoba mendominasi atas dua aturan diatasnya yaitu aturan agama dan aturan pemerintah. Cukup sebagai pilihan saja, dilaksanakan atau tidak dilaksanakan tidak apa-apa, opsi ada pada masing-masing pribadi, jangan dipaksakan.

Saat ini masih ada saja orang yang menganggap adat itu sesuatu yang penting. Oke coba dibuktikan dilapangan contohnya dalam hal pernikahan, hanya pernikahan secara adat saja tanpa pernikahan secara agama dan negara untuk melihat apakah adat itu sesuatu yang penting atau tidak. 

Ketika pasangan yang sudah menikah secara adat terkena razia di hotel misalnya. Lalu mereka menjawab bahwa mereka sudah menikah walaupun hanya secara adat saja, apakah mereka bisa dilepaskan oleh petugas razia, jelas tidaklah karena tidak ada bukti yang kuat akan hal itu. Sudah tidak berguna, tidak bermanfaat, unfaedah, tidak bisa menjamin apa-apa, ribet dalam pelaksanaan, banyak pula uang keluar untuk melaksanakannya. Jadi intinya adat itu posisinya bukanlah sesuatu yang penting.  

Penghormatan yang berlebihan

Kadangkala kita melihat di dalam pelaksanaan adat, ada sesuatu yang tidak masuk di akal dan terkesan menuhankan adat. Dimana dalam pelaksanaannya terkesan memberi penghormatan yang berlebihan kepada manusia bahkan melebihi penghormatan kita kepada Tuhan, baik itu kepada paman, orang tua dan lain-lain. Yang kadang kala tidak pernah mereka perbuat hal yang sama kepada Tuhan. Adat dalam hal ini mencoba menggantikan posisi Tuhan yang begitu penting dalam kehidupan sehari-sehari.

Mungkin orang-orang takut ketika ada yang kurang dalam pelaksanaan adat misalnya tidak ada penghormatan yang berlebihan atau bahkan tidak melaksanakan adat, mereka takut akan mendapat sanksi sosial dari masyarakat sekitar yaitu digosipkan satu kampung atau bahkan dikucilkan dari pergaulan di masyarakat. 

Menurut saya hal ini tidak apa-apa, bukan sesuatu yang berdampak rugi terlalu besar dalam kehidupan kita, karena kita masih punya Tuhan dan masih punya orang-orang pemerintahan atau orang lain yang akan menolong kita.

Lebih baik disebut tidak beradat dari pada tidak bertuhan, apalagi tidak bernegara, mau tinggal di daerah mana kita kalau kita tidak mempunyai status kewarganegaraan yang sah yang bisa menjamin kehidupan kita.

Dibungkus dengan Agama

Seperti yang kita lihat, kadang kala di dalam pelaksanaan adat ada kegiatan-kegiatan atau diselingi dengan kegiatan berbau agama. Padahal kalau dipikir-dipikir apa yang diperbuat dalam pelaksanaan adat, tidak ada tertulis di kitab suci. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun