Mohon tunggu...
Denyl Setiawan
Denyl Setiawan Mohon Tunggu... Administrasi - aku ingin bercerita

Menulislah, setelah kamu selesai membaca....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Toko Kue Goela-Goela: Sebuah Cerita Kita

16 Agustus 2017   21:55 Diperbarui: 18 Juli 2018   12:30 2226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Rudy nggak bisa Bu, semua bahan yang masuk ke toko ini harus kualitas nomor satu. Bukankah itu tradisi keluarga kita? Bukankah almarhum ayah juga berpesan seperti itu, Bu? Rudy nggak mau ada unsur pewarna, pengawet, atau perasa buatan dari jenis apapun ikut dicampurkan ke dalam adonan kue di toko ini. Tidak akan pernah sedikitpun, Bu!" Jelas sekali terdengar suara si bos naik satu oktaf dari suara sebelumnya.

"RUDY!!! Ibu nggak pernah minta apapun sama kamu. Kali ini saja Ibu minta kamu mengabulkan permintaan ibu. Kamu sudah dengar sendiri apa kata Mr Lezatto. Kalau kamu pakai bahan pemanis buatan dari Mr Lezatto, nggak akan ada yang tahu. Pemanis buatan milik Mr Lezatto juga dari bahan pilihan, aman secara ketentuan dari organisasi kesehatan. Mr Lezatto akan memberikan label kue di toko milik keluarga kita ini Wess Top Pokokmen di acara televisi nasional yang dia pegang. Itu label yang diharapkan semua pengusaha kue di ibu kota, Rud. Ibu kenal baik dengan Mr Lezatto, dia teman Bapak kamu, Nak. Sederhana sekali ini, kamu tinggal pakai pemanis buatan dari Mr Lezatto, dan toko kamu dapat label Wess Top Pokokmen. Demi Ibu ya Nak. Sekali ini saja." sang ibu tidak mau kalah berargumen dengan anaknya.

"Ibu, aku nggak bisa. Tolong jangan...."

Deg! Aku memilih pulang. Tak sanggup aku mendengarkan pembicaraan mereka selanjutnya. Perdebatan itu masih terus berlangsung, dan menghangat.

"Fey, aku pulang ya. Cacha sudah nunggu nih sama anak-anak. Salam buat Brian ya. Pamitin ke si bos juga. Bahan baku buat kue pesanan besok sudah siap di dapur. Daagh...." Aku bergegas meninggalkan toko dengan segala perasaan yang kacau. Aku berlalu tanpa menunggu jawaban dari Fey. Dia nampak kaget, sedangkan tangannya masih memegang uang hasil penjualan hari ini. Dan sepertinya dia harus menghitung dari awal lagi.

"Adaaaams..., kamu lagi-lagi mengacaukan hitungan uangku. Awas ya...!!!" Fey berteriak, dan aku tak sempat lagi mendengar apa yang diucapkannya kemudian.

***

"Rud, aku resign dari toko mulai besok. Sorry aku baru ngasih tahu sekarang." Sapaku pada Rudy hari ini sembari meracik bahan-bahan untuk pembuatan pesanan kue. Sedangkan pegawai lainnya sedang asyik dengan tugas masing-masing di pagi yang sibuk seperti ini. Tidak ada yang sempat mendengarkan pembicaraan kami.

"Dams, apa aku nggak salah dengar? Kamu nggak betah kerja disini? Atau kamu lagi ada masalah sama teman-teman yang lain?" Rudy menampakkan wajah tidak percaya.

"Anak-anakku sudah makin besar, Rud. Usaha Cacha di Kota Lama juga sedang ramai-ramainya. Dia minta aku support dia, Rud. Aku nggak ada masalah dengan kamu atau teman-teman lainnya. Kalian semua adalah keluargaku. Aku harap kamu bisa mengerti keadaanku." Aku mencoba menjelaskan sebaik mungkin atas semua kekagetan Rudy.

"Pintu toko kue Goela-Goela akan selalu terbuka untuk kamu Dams, setiap saat kamu ingin kembali kesini. Tapi aku menghargai pilihan kamu. Hidup itu kan pilihan, meninggalkan atau ditinggalkan. Tapi jangan lupa ajarin teman-teman terkait semua tugas kamu selama ini ya. Pasti sulit buat kami semua untuk mencari pengganti kamu." Rudy terlihat berat sekali kali menyampaikan kata-katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun