Mohon tunggu...
Dekristo
Dekristo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pengusaha

mahasiswa/penulis sederhana yang gemar mengangkat topik topik ringan

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Apakah Gadget, Game Online Penyemangat Belajar (Game)?

9 April 2019   20:08 Diperbarui: 25 April 2019   14:46 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari prespektif anak kehadiran permainan game online semakin menambah hasrat untuk mencoba ditambah lagi rayuan dari teman sebaya makin membuatnya penasaran dan meninggalkan kewajiban utamanya yaitu belajar.

Beberapa waktu yang lalu sedang hangat isu game online PUBG yang kontroversial karena dituding mengandung unsur kekerasan dan pornografi. Saya mencoba mendiskusikan dengan seorang teman dan dia tidak setuju ketika game online yang dipersalahkan menurutnya itu membatasi kreator-kreator game untuk berkreasi. Sementara seorang narasumber saya yang juga pemain game online tersebut juga tidak setuju, ia ingin kalau bisa dicari jalan keluar lain tanpa ada pihak yang dirugikan.

Perspektif saya pribadi setelah mencoba melakukan penelitian kecil walaupun saya bukan pemain game online saya mencoba bermain game online dalam 1 bulan dan hasilnya prestasi saya di kelas tidak berkembang sama sekali malah cenderung turun. Namun disisi lain relasi sosial saya dengan teman lain berkembang akibat terbentuknya pembicaraan-pembicaraan searah mengenai game tersebut. 

Dengan kata lain kehidupan sosial saya berkembang tapi pendidikan saya menurun. Bahwa mengenai sisi kekerasan saya kira yang dikhawatirkan adalah berkembangnya mental kekerasan seseorang. Menurut saya kekerasan akan tetap terjadi selama faktor dasarnya tetap ada contohnya kemiskinan.

 Setelah penelitian itu saya berkesimpulan bahwa dalam 1 bulan bermain game online cukup membuat seseorang kecanduan, lupa waktu, pengeluaran meningkat, produktivitas menurun dan dampak negatif lainnya yang akan menghantui.  Menurut saya saat ini solusi yang tepat adalah membagi waktu antara belajar dan bermain  game karena game akan tetap bersinggungan dengan anak. Harus ada komitmen melakukan manajemen waktu agar pendidikan tidak terdistraksi.

Kesimpulan

Masalah pendidikan kita masih banyak Kehadiran gadget dengan segudang fitur-fitur yang menggoda malah menambah masalah pendidikan. Alih-alih mempermudah pekerjaan manusia justru manusialah yang membelokkan fungsi gadget. 

Setiap lapisan masyarakat sudah terpapar. Dulunya anak bermain, bersosialisasi, belajar dalam satu kegiatan sekarang telah bergeser. Anak menjadi antipati sibuk dengan gadgetnya sendiri. Peran orang terdekalah yang mengambil peranan utama masalah ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun