"Orang-orang yang telah Kami beri Kitab (Taurat dan Injil) mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri. Sesungguhnya sebagian mereka pasti menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui(nya)." (QS. Al-Baqarah: 146)
"Orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepadanya, mereka mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman (kepada Allah)." (QS. Al-An'am: 20)
Pada kedua ayat di atas disebutkan bahwa ahli kitab sangat mengenal Nabi Muhammad sebagaimana mereka sangat mengenal anak-anak mereka. Bukti penguat dari kedua ayat ini adalah bahwa seorang ayah pasti sangat mengenal ciri fisik dan tabiat anak-anaknya. Sebagaimana dikuatkan pula dalam kisah Yusuf ini betapa Ya'qub sangat hafal bau (aroma) Yusuf (yakni saat didatangkan gamis Yusuf untuk diusapkan ke mata Ya'qub yang telah buta).
Intinya, firasat Ya'qub bukanlah prasangka buruk yang tidak disertai alasan dan bukti, melainkan memang didasarkan pengetahuannya selaku ayah.
Meski firasatnya tajam dan kelak terbukti, Ya'qub masih menisbahkan muasal dosa itu kepada setan. Sama dengan perkataan Yusuf nanti yang menisbahkan kekeruhan antara dia dan saudara-saudaranya itu kepada setan.
Memang kakak-kakak Yusuf yang jumlahnya 10 orang itu menyebut kelompok mereka sebagai 'ushbah' (kelompok yang kuat, solid, bisa dibanggakan). Lafal yang digunakan dalam Al-Qur`an adalah 'ushbah, bukan jama'ah. Ingat kata 'ta'ashub' yang masih satu akar dengan kata 'ushbah yang berarti 'fanatisme kelompok'. Â
"Ketika mereka berkata, "Sesungguhnya Yusuf dan saudaranya (Bunyamin) lebih dicintai ayah daripada kita, padahal kita adalah satu ushbah (golongan yang kuat). Sungguh, ayah kita sangat-sangat keliru." (QS. Yusuf: 8)
Dengan adanya kebanggaan kelompok itu maka kemungkinan munculnya hasad sangat besar. Mereka menilai mereka lebih berhak disayang dan diberi perhatian. Dalam hal ini, Ya'qub, menurut mereka, sangat-sangat keliru.
"Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu tempat agar perhatian ayah tercurah kepadamu, dan setelah itu jadilah kalian menjadi orang-orang yang saleh."
Yakni, kata Syaikh Sa'dy, bertaubatlah kalian.
Jadi mereka mencari wajah atau perhatian ayah mereka Ya'qub (yakhlu lakum wajhu abikum). Karena perhatian ayah bagi mereka sangatlah berharga.