Psikologi ulayat lebih menekankan kekhasan lokal ketimbang perbedaan dan persamaan antar etnik seperti yang ditemukan dalam psikologi lintas budaya (cross cultural psyschology).
Artikel-artikel dalam buku menunjukkan keberagaman tema yang cukup representatif. Buku menginspirasi bahwa isu apapun yang berasal dari problematika hidup sehari-hari, di tataran lokal hingga nasional, individu atau kolektif, dari kelompok sosial manapun, dari strata ekonomi mana saja -sejauh ada kaitannya dengan studi psikologi bisa diangkat sebagai bahan dan tema penelitian.
Demikianlah masalah hidup melajang, kesurupan, ekspresi duka di kalangan etnik Batak, konsep kebersyukuran, resiliensi (daya lenting) diri dan keluarga, makna tua bagi orang Indonesia hingga konsep diri dan dilema identitas, merupakan tema yang jadi semakin menarik manakala diperdalam menggunakan pisau bedah ilmu psikologi.
Tentu saja yang berkeperluan terhadap wawasan di bidang kajian psikologi bukan hanya para pemangku kepentingan di bidang ilmu psikologi akan tetapi juga disiplin ilmu sosial dan humaniora yang lain, terutama sosiologi, antropologi dan sejarah.Â
Bahkan masyarakat awam sekalipun sangat membutuhkan psikologi (populer) untuk memecahkan masalah-masalah kejiwaan yang mereka hadapi dari saat ke saat.
Pertanyaan: bagaimanakah selaku bangsa, orang Indonesia berusaha menjaga identitas kolektifnya di tengah pergumulan dan konflik psikologis, di seputar konflik identitas yang panjang di antara sesama mereka sendiri?Â
Artikel yang berjudul 'Isu-isu Kebangsaan dalam Ranah Psikologi Indonesia' di bagian 1 'Teori dan Metode' mencoba menawarkan isu-isu mendasar yang menentukan padu tidaknya Indonesia secara politik, sosial, budaya dan kejiwaan.Â
Dinamika dan fluktuasinya pasti sangat menarik untuk dikaji. Menurut para penulis artikel ini, ada empat konsep kebangsaan (yang sangat 'Nusantara' dan karenanya 'ulayat') yang bisa dikembangkan dan diperdalam sebagai subjek kajian: pertama, tentang Pancasila selaku nilai nasional; kedua, isu multukulturalisme; ketiga, gotong royong dan; keempat, masalah wawasan Nusantara.Â
Isu-isu ini lebih mencakup kepentingan kolektif daripada topik-topik parsial yang sebagiannya sudah disebutkan di atas.
Yang menarik pula: bagaimana psikologi ulayat melihat peran agama dalam fenomena-femonena psikologi yang terjadi pada diri orang Indonesia?Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!