Kali ini mereka 'benar' dan 'jujur' tetapi kerepotan membela diri dari rekayasa hukum yang dilancarkan Yusuf. Adapun pada kasus penghilangan Yusuf dahulu, klaim kejujuran itu hanyalah omong kosong, dengan pengajuan barang bukti dan narasi yang dipalsukan. Kini 'barang bukti' direkayasa Al-Aziz (Yusuf, selaku penguasa). Mereka dalam posisi yang benar akan tetapi tidak bisa keluar dari jerat hukum yang direkayasa penguasa.
Yang menakjubkan adalah penyikapan Ya'qub terhadap 'hilangnya' Bunyamin. Meski putra-putranya kali ini bersikap jujur, ia masih mengucapkan kalimat yang sama yang menyiratkan keraguan akan kebenaran laporan putra-putranya. Kesabaran itulah  yang indah, katanya. Sementara dukanya semakin dalam. Ia terus menangis hingga kedua matanya memutih lantaran sedih. Kemarahannya kepada anak-anaknya hanya bisa ia tahan di dalam hati (QS. Yusuf: 84).
Walhasil, Yusuf pada akhirnya menyingkap identitas aslinya kepada kesepuluh saudaranya. Drama keluarga itu selesai dengan pengakuan bersalah dari para putra Ya'qub. Mereka meminta Ya'qub berdoa agar Allah mengampuni dosa mereka. Yusuf pun telah memaafkan kesalahan kakak-kakaknya dan mendoakan agar Allah mengampuni mereka, karena Allah adalah Yang Paling  Penyayang dari segala penyayang.
Wallahu a'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H