Masyarakat Desa Bahoi juga masih menjaga tradisi seni dimana ketika mereka menerima kunjungan tamu dalam jumlah banyak, mereka akan menyuguhkan atraksi budaya tari masamper, empat wayer, dan pato-pato sebagai sambutan selamat datang.
Boleh dikatakan, Ekowisata Desa Bahoi merupakan wisata yang dikembangkan berbasis masyarakat lokal dengan menjaga keselarasan dengan kekayaan alam dan budaya setempat.
Berdayakan Masyarakat Lokal
Pengembangan Likupang sebagai Destinasi Super Prioritas bukan hanya membangun infrastruktur dan daya tarik wisata saja, tetapi juga menumbuhkan produk ekonomi kreatif, hingga mempersiapkan SDM yang unggul dengan melibatkan warga lokal.
Konsep KEK Likupang adalah mengembangkan resor kelas premium dan kelas menengah (mid range resort), budaya (cultural), dan pengembangan Wallace Conservation, dimana resor menengah tersebut adalah pembangunan homestay atau Sarhunta (Sarana hunian pariwisata) yang merupakan bagian penting dari ekosistem pariwisata Likupang.
Tercatat, ada 263 unit Sarhunta yang akan dibangun di sejumlah tempat seperti di Desa Marinsow, Desa Pulisan, Desa Kinunang, Desa Bahoi, dan Desa Pulau Gangga. Bahkan, Desa Marinsow mendapat jatah terbanyak dengan 61 Sarhunta.
Pembangunan Sarhunta ini tentunya memberdayakan warga setempat dan menciptakan lapangan kerja yang baru. Ditambah lagi, homestay atau Sarhunta yang dibangun tersebut juga dibuat selaras dengan alam baik dari segi desain maupun material.
Selain homestay, UMKM di Likupang akan semakin bergeliat dengan produk-produk seperti kuliner atau kerajinan tangan.Â
Bila Danau Toba punya Ikan Arsik dan Mie Gomak, serta Mandalika punya Ayam Taliwang dan Plecing Kangkung, maka Likupang punya kuliner yang tak kalah lezat seperti Milu Siram, Cakalang Fufu, Pisang Goroho dan Sambal Roa serta Lalampa.