Tak lama kemudian motor melambat dan saya sampai di tujuan. Setelah mengembalikan helm, saya dan si mbak gojek berpamitan. Ya, 10 menit yang singkat, namun mengajarkan banyak hal.
"Kejamnya ibukota lebih kejam daripada ibu tiri."
Kalimat ini keluar dari mulut pelawak Almarhum Ateng. Jakarta, tempat tujuan banyak orang untuk meraih mimpi. Namun bila tidak memiliki modal dan tekad yang kuat maka kita akan tersisih dan semakin terpinggirkan. Meski ada banyak cerita sukses dari mereka yang merantau ke ibukota, namun lebih banyak mereka yang gagal, bahkan berakhir sebagai kaum marjinal sampai menjadi kriminal.
Kerasnya ibukota juga dialami oleh mbak gojek. Pendidikan minim ditambah tanggung jawab besar yang diembannya sebagai tulang punggung membuatnya harus banting setir menjadi ojek online. Namun ia masih berusaha, bekerja keras dan berdiri di atas kakinya sendiri. Tak disangka, perjalanan yang berlangsung selama kurang lebih 10 menit memberikan saya pelajaran berharga.
Tuhan tak pernah membiarkan umatNya berjuang sendirian, apalagi jika ia sudah berusaha semampunya. Saya rasa masih banyak yang memandang sebelah mata profesi sebagai ojek online. Padahal profesi ini menjanjikan pendapatan yang cukup tinggi (tergantung tingkat kerajinan si driver). Mendengar cerita dari mbak gojek, saya bisa membayangkan bagaimana gigihnya ia mengumpulkan recehan hasil dari tarikan ngojek. Cobalah untuk lebih menghargai, toh para driver ojol tersebut masih mencari rezeki secara halal.
Lalu, saya mendapati cerita tentang masih adanya rasa empati dari kaum urban ibukota yang terkenal individualis dan hedonis. Melihat foto si mbak gojek bersama 'anaknya', terbesit kisah seorang single parent, mungkin ia kecelakaan dan yang berbuat tidak mau bertanggungjawab sehingga terpaksa membesarkannya sendirian, atau anak tersebut sudah ditinggal oleh ayah kandungnya. Well, pola pikir instan yang langsung terbentuk hanya dengan melihat foto, meski belum pasti kebenarannya, sama seperti yang saya rasakan.Â
Tak heran jika banyak yang memberikan tip. Bukan hanya sekedar uang beberapa ribu rupiah, namun apresiasi bagi seorang wanita kuat seperti si mbak gojek. Sebagian mungkin pernah merasakan berjuang sepertinya, atau memiliki figur seperti si mbak gojek dalam keluarganya.
Yang pasti, kisah mbak gojek telah menggugah hati nurani banyak orang yang pernah duduk di belakang dan bertukar cerita, canda dan tawa dengannya. Bukti bahwa sesungguhnya masih ada yang menanggung beban lebih berat namun masih menjalaninya dengan tersenyum dan masih ada yang lebih tidak beruntung namun ia tidak menyerah pada hidup. Sepuluh menit yang berkesan dan tak akan terlupakan bagi saya.
Tak lama kemudian di aplikasi Gojek muncul kolom penilaian dimana saya harus memberikan rate/bintang pada driver gojek yang saya tumpangi. Setelah memberikan nilai, muncul kolom apakah saya ingin memberikan tip yang akan dipotong dari saldo Gopay saya. Dengan mantap saya memberikannya sedikit apresiasi dengan pesan:
"Buat anak, eh salah, adeknya maksudnya.. :)"