Jadi, berempatilah, karena itu adalah cara untuk menjalani hidup yang lebih baik dan lebih sehat secara mental.
Kasus Nyata tentang Empati
Mari kita ambil contoh kasus nyata. Misalnya, saat pandemi COVID-19, banyak orang merasa terisolasi dan kesepian.Â
Orang yang berempati tidak hanya akan mengatakan "semangat" atau "sabar", tetapi juga akan mencoba memahami apa yang dirasakan oleh orang tersebut. Mereka akan mendengar, memahami, dan mencoba memberikan dukungan sebisa mungkin.
Kasus ini menunjukkan bahwa empati bukan hanya soal kata-kata, tapi juga soal tindakan. Jadi, jangan hanya berbicara tentang empati, tapi tunjukkan empati dalam setiap tindakan.
Penutup:Mengembangkan empati mungkin bukan hal yang mudah, tetapi tidak ada yang tidak mungkin jika kita berusaha.Â
Empati bisa membantu kita menjalani hidup dengan lebih baik, merasakan kebahagiaan dan kesedihan orang lain, dan pada akhirnya, membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik. Jadi, yuk, mulai sekarang, kita coba untuk lebih berempati!
Referensi:
- Davis, M. H. (1983). Measuring individual differences in empathy: Evidence for a multidimensional approach. Journal of Personality and Social Psychology, 44(1), 113--126.
- Eisenberg, N., & Miller, P. A. (1987). The relation of empathy to prosocial and related behaviors. Psychological Bulletin, 101(1), 91--119.
- Zaki, J. (2014). Empathy: A motivated account. Psychological Bulletin, 140(6), 1608--1647.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H