Mohon tunggu...
Den Reza Alfian Farid
Den Reza Alfian Farid Mohon Tunggu... Lainnya - Digital Marketer

Terkadang ku lupa pernah berpikir apa.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bagaimana Social Comparison Theory Memengaruhi Rasa Percaya Diri Kita?

16 Juli 2023   19:00 Diperbarui: 17 Juli 2023   02:53 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengatasi 'Social Comparison Theory'

Mengatasi 'Social Comparison Theory' bukan berarti menghentikan perbandingan. Yang penting adalah bagaimana mengendalikan dan menggunakan perbandingan tersebut untuk hal yang lebih baik. Mulailah dengan menyadari bahwa setiap orang punya jalannya sendiri dan tujuan yang berbeda.

Gunakan perbandingan sebagai alat motivasi, bukan alat penyiksaan. Ketika melihat orang lain sukses, biarkan itu menginspirasi untuk mencapai tujuan, bukan membuat merasa kalah. Dan ingatlah, tidak ada yang sempurna. Semua orang punya kelemahan dan kelebihan masing-masing.

Cobalah untuk mengubah fokus dari perbandingan ke luar ke perbandingan ke dalam. Daripada membandingkan diri dengan orang lain, bandingkan dengan diri sendiri di masa lalu. Lihatlah sejauh mana perkembangan dan pertumbuhan yang sudah dicapai. Ini akan memberikan penilaian yang lebih realistis dan sehat terhadap diri sendiri.

Dampak 'Social Comparison Theory' dalam Kehidupan Sehari-hari

Di era digital saat ini, fenomena 'Social Comparison Theory' semakin mudah terjadi. Dengan media sosial, setiap orang memiliki akses untuk 'mengintip' kehidupan orang lain, yang seringkali hanya memperlihatkan sisi positif dan menarik saja.

Sebut saja Galuh, seorang remaja yang sering merasa tidak cukup cantik dan sukses dibandingkan teman-temannya di Instagram. Galuh sering merasa tidak bahagia dan kurang percaya diri. Padahal, yang Galuh lihat hanyalah momen terbaik yang dipilih teman-temannya untuk ditampilkan.

Namun, dengan menyadari adanya 'Social Comparison Theory' dan bagaimana memanfaatkan perbandingan untuk perkembangan diri, Galuh bisa menanggulangi rasa cemas dan tidak puas dengan dirinya. Galuh mulai menghargai dirinya sendiri dan menghentikan penilaian diri berdasarkan penampilan dan prestasi orang lain.

Media Sosial dan 'Social Comparison Theory'

Media sosial telah menjadi platform yang semakin memudahkan kita untuk membandingkan diri dengan orang lain. Selalu ada seseorang dengan pencapaian baru, penampilan baru, atau kehidupan yang tampak lebih baik. Ini tentu saja mempengaruhi cara pandang kita terhadap diri sendiri dan orang lain.

Misalnya, postingan tentang liburan mewah, mobil baru, atau perayaan ulang tahun yang mewah dapat membuat kita merasa tidak mencapai cukup banyak atau tidak seberuntung orang lain. Ini bisa sangat merusak rasa percaya diri dan mengganggu keseimbangan emosional kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun