Mohon tunggu...
Den Reza Alfian Farid
Den Reza Alfian Farid Mohon Tunggu... Lainnya - Digital Marketer

Terkadang ku lupa pernah berpikir apa.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Mengapa "Impostor Syndrome" Menjadi Fenomena di Tempat Kerja?

7 Juli 2023   19:00 Diperbarui: 8 Juli 2023   22:12 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesimpulannya, mungkin yang perlu kita lakukan bukanlah menghindari 'Impostor Syndrome', tetapi belajar untuk mengelola dan mengambil hikmah dari perasaan tersebut. Dan yang paling penting, belajar untuk lebih menghargai diri sendiri dan apa yang telah kita capai.

Sebuah Catatan Akhir: Kita Bukan Penyamar

Mungkin, ada yang berpikir, "Apakah ini berarti harus puas dengan kemampuan dan pencapaian yang dimiliki sekarang?" Tentu saja tidak. Striving untuk menjadi lebih baik adalah hal yang baik. Namun, jangan sampai menjadi beban atau sumber rasa tidak aman.

Mengakui dan merayakan pencapaian sendiri tidak berarti menjadi complacent atau sombong. Itu adalah bentuk penghargaan kepada diri sendiri atas kerja keras yang telah dilakukan. Jadi, mari kita berhenti merasa seperti penyamar dan mulai mengakui kemampuan dan pencapaian yang telah kita miliki.

Kita bukanlah penyamar dalam cerita hidup kita. Kita adalah pemeran utama, dan sudah saatnya kita berhenti merasa seperti penonton dalam drama hidup kita sendiri.

Referensi:

  1. Clance, P.R., & Imes, S.A. (1978). The impostor phenomenon in high achieving women: Dynamics and therapeutic intervention. Psychotherapy: Theory, Research, and Practice, 15, 241-247.
  2. Leary, M. R., Patton, K. M., Orlando, A. E., & Funk, W. W. (2000). The impostor phenomenon: Self-perceptions, reflected appraisals, and interpersonal strategies. Journal of personality, 68(4), 725-756.
  3. Sakulku, J., & Alexander, J. (2011). The impostor phenomenon. International Journal of Behavioral Science, 6(1), 73-92.
  4. Bravata, D. M., Watts, S. A., Keefer, A. L., Madhusudhan, D. K., Taylor, K. T., Clark, D. M., ... & Hagg, H. K. (2020). Prevalence, Predictors, and Treatment of Impostor Syndrome: a Systematic Review. Journal of General Internal Medicine, 35(4), 1252-1275.
  5. Vergauwe, J., Wille, B., Feys, M., De Fruyt, F., & Anseel, F. (2015). Fear of being exposed: The trait-relatedness of the impostor phenomenon and its relevance in the work context. Journal of Business and Psychology, 30(3), 565-581.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun