'Cognitive dissonance' tentu bukan cuma pengalaman orang-orang zaman dulu. Generasi Z juga mengalaminya, lho. Di era digital ini, informasi berlimpah dan mudah diakses. Dari media sosial, berita online, sampai obrolan grup WhatsApp sekalipun. Dengan begitu, semakin mudah saja mendapatkan dua informasi yang bertentangan.
Misalnya, topik soal 'body positivity'. Di satu sisi, media sosial penuh dengan pesan positif soal menerima tubuh apa adanya. Tapi, di sisi lain, masih ada saja body shaming. Nah, di situ, 'cognitive dissonance' muncul. Bagaimana cara generasi Z mengatasinya? Mungkin dengan lebih selektif dalam menerima informasi, atau mengubah cara pandang tentang tubuh mereka sendiri.
Intinya, 'cognitive dissonance' ini bukan pengalaman eksklusif bagi orang-orang tertentu. Semua orang, termasuk generasi Z, bisa mengalaminya. Itu sebabnya penting bagi kita semua untuk memahami dan menghadapinya dengan bijaksana.
'Cognitive Dissonance' Dalam Kehidupan Sehari-hari
'Cognitive dissonance' bisa muncul dalam berbagai situasi, termasuk dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ketika belanja. Pernah merasa bimbang antara membeli barang yang diinginkan atau yang dibutuhkan? Itu adalah contoh sederhana dari 'cognitive dissonance'.
Atau, ketika menentukan pilihan karir. Antara memilih pekerjaan yang sesuai passion atau yang menawarkan gaji tinggi. Di situ, 'cognitive dissonance' juga muncul. Jadi, wajar saja kalau terkadang merasa bingung atau stres dalam mengambil keputusan.
Tapi, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, 'cognitive dissonance' bukan hal yang perlu ditakuti. Malah, bisa dijadikan sebagai peluang untuk belajar dan mengembangkan diri.
Kunci Menghadapi 'Cognitive Dissonance': Kesadaran Diri
Menurut psikolog, kunci untuk menghadapi 'cognitive dissonance' adalah kesadaran diri. Dengan menyadari bahwa kita sedang mengalami 'cognitive dissonance', kita bisa lebih mudah mengatasi perasaan tidak nyaman tersebut.
Cara lain adalah dengan belajar menerima bahwa hidup itu penuh dengan ketidakpastian. Tidak semua hal harus hitam atau putih. Ada banyak hal yang berada di area abu-abu. Dan itulah yang membuat hidup ini menarik.
Jadi, bukan tentang memilih antara dua pemikiran yang bertentangan, tapi belajar untuk menerima dan hidup dengan keduanya. Tidak mudah, memang. Tapi, dengan kesadaran diri dan penerimaan, kita bisa menghadapi 'cognitive dissonance' dengan lebih baik.