"Hentikan siklus putus asa. Pelajari 'Learned Helplessness' dan temukan cara mengatasi dalam artikel ini!"
Hai, teman-teman! Pernahkah kalian merasa bahwa usaha kalian tak berpengaruh dan ingin tahu cara mengatasi rasa putus asa? Mari kita telusuri konsep 'Learned Helplessness' dan trik mengatasinya dalam artikel ini.
Mencari Tahu Tentang 'Learned Helplessness'
Pernah denger istilah 'Learned Helplessness'? Biasanya sih orang jarang pakai istilah itu, padahal hal ini ada di sekitar kita, lho! Ini adalah fenomena di mana kita merasa bahwa apa pun yang kita lakukan tak berpengaruh, sampai akhirnya kita berhenti mencoba. Terdengar familiar, 'kan? Nah, yuk kita telusuri lebih lanjut.
'Learned Helplessness' itu sebenernya konsep yang ditemukan oleh Martin Seligman, seorang psikolog ternama, saat dia melakukan eksperimen pada anjing. Ternyata, setelah dihadapkan pada situasi yang sepertinya gak bisa diubah, si anjing malah berhenti mencoba. Seolah-olah, dia udah belajar buat merasa 'helpless', atau gak berdaya.
Apa hubungannya dengan kita? Jelas dong, ya. Kadang kita juga merasa gak ada yang bisa kita lakukan untuk mengubah situasi, sampai akhirnya kita menyerah. Ini yang disebut dengan 'Learned Helplessness', teman-teman.
Tanda-tanda 'Learned Helplessness'
Oke, sekarang kita udah tahu apa itu 'Learned Helplessness'. Tapi, bagaimana cara mengetahui kalau kita atau orang di sekitar kita mengalaminya? Ternyata ada tanda-tandanya, lho!
Pertama, biasanya yang dialami itu adalah kehilangan motivasi. Kita jadi kurang semangat dan gak mau mencoba lagi. Kedua, kita jadi lebih pasif. Sering merasa seperti gak bisa ngapa-ngapain. Ketiga, biasanya ada perasaan putus asa dan depresi yang menghantui.
Wah, kalau udah begitu jangan dianggap enteng, ya! 'Learned Helplessness' ini bisa berdampak buruk pada kesehatan mental kita, lho.
Mengapa 'Learned Helplessness' Itu Terjadi?
Selanjutnya, pernah gak sih bertanya-tanya kenapa hal seperti 'Learned Helplessness' ini bisa terjadi? Nah, inilah yang akan kita bahas.
Biasanya 'Learned Helplessness' ini muncul karena pengalaman buruk di masa lalu yang bikin kita trauma. Misalnya, pernah gagal terus menerus dalam suatu hal, atau merasa diperlakukan tidak adil oleh orang lain. Hal-hal seperti ini bisa membuat kita merasa bahwa upaya kita tidak berarti dan akhirnya kita menyerah.
Selain itu, faktor lingkungan juga berperan penting dalam munculnya 'Learned Helplessness'. Misalnya, lingkungan yang penuh tekanan dan tidak mendukung, bisa membuat kita merasa bahwa usaha kita sia-sia.
Dampak 'Learned Helplessness'
Sekarang, apa sih dampak dari 'Learned Helplessness'? Nah, ini yang perlu diwaspadai.
Yang paling umum, 'Learned Helplessness' ini bisa menurunkan kualitas hidup kita. Kita jadi gak semangat, sering merasa putus asa, dan bisa jadi depresi. Ini semua bisa berdampak pada kesehatan mental kita, lho!
Selain itu, 'Learned Helplessness' juga bisa mempengaruhi prestasi kita, baik di sekolah maupun di tempat kerja. Karena kita merasa gak berdaya, kita jadi gak berusaha lagi untuk mencapai tujuan kita.
Bagaimana Mengatasi 'Learned Helplessness'
Nah, setelah mengetahui dampak buruknya, tentu kita gak mau terjebak dalam 'Learned Helplessness', 'kan? Jadi, bagaimana caranya mengatasinya?
Pertama, kita perlu belajar untuk merubah pola pikir kita. Cobalah untuk melihat situasi dari sudut pandang yang berbeda. Apakah benar bahwa usaha kita gak berpengaruh? Atau mungkin kita perlu mencoba cara yang berbeda?
Kedua, jangan takut untuk mencoba lagi. Ingat, kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Kita bisa belajar dari kegagalan tersebut dan mencoba lagi dengan cara yang berbeda.
Ketiga, mintalah dukungan dari orang-orang di sekitar kita. Mereka bisa memberikan motivasi dan dukungan yang kita butuhkan untuk mengatasi rasa putus asa ini.
Contoh Kasus 'Learned Helplessness'
Untuk lebih memahami 'Learned Helplessness', mari kita lihat contoh kasus.
Misalnya, ada seorang remaja yang selalu mendapat nilai buruk di matematika. Dia sudah berusaha keras, tapi nilai tetap saja tidak membaik. Akhirnya, dia merasa bahwa apa pun yang dia lakukan, dia tidak akan bisa berhasil dalam matematika. Inilah contoh 'Learned Helplessness'.
Namun, jika remaja tersebut mengubah pola pikirnya, mencoba belajar dengan cara yang berbeda, dan mendapat dukungan dari orang-orang di sekitar, dia bisa mengatasi 'Learned Helplessness' ini.
'Learned Helplessness' dan Generasi Muda
'Learned Helplessness' ini bukanlah fenomena yang hanya terjadi pada generasi tertentu. Namun, dalam konteks generasi muda, ini menjadi hal yang cukup penting untuk diperhatikan.
Dalam era digital ini, kita seringkali dihadapkan pada tantangan dan tekanan yang cukup besar. Ini bisa membuat kita merasa gak berdaya dan akhirnya menyerah. Oleh karena itu, penting untuk mengenali dan mengatasi 'Learned Helplessness' ini.
Pesan Terakhir
Sebagai penutup, ingatlah bahwa 'Learned Helplessness' bukanlah nasib yang harus diterima. Kita semua memiliki kekuatan untuk mengubah situasi dan mencapai tujuan kita. Jangan biarkan rasa putus asa ini menghancurkan kita, tetapi gunakanlah itu sebagai dorongan untuk terus berusaha dan mencoba lagi.
Ingat, kita adalah generasi muda yang tangguh. Kita bisa, dan kita akan, mengatasi 'Learned Helplessness' ini. Jadi, yuk kita hadapi tantangan dengan semangat dan keberanian!
Referensi:
Seligman, M. E. P. (1972). Learned helplessness. Annual review of medicine, 23(1), 407-412.
Maier, S. F., & Seligman, M. E. P. (1976). Learned helplessness: Theory and evidence. Journal of experimental psychology: general, 105(1), 3.
Peterson, C., Maier, S. F., & Seligman, M. E. P. (1993). Learned helplessness: A theory for the age of personal control. Oxford University Press.